Breaking News

Berita Aceh Tamiang

Lebih Irit Dibanding Sistem Konvensional, Aceh Tamiang Berhasil Kembangkan Bawang TSS

“Yang jelas biaya lebih murah, walau masa tanam sedikit lebih lama. Tapi perbandingannya menggunakan bijik butuh 1,3 ton, sedangkan umbi cukup...

Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ RAHMAD WIGUNA
Kadis Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Aceh Tamiang, Yunus (kanan) saat menerima hasil panen bawang merah TSS dari kelompok petani. 

“Yang jelas biaya lebih murah, walau masa tanam sedikit lebih lama. Tapi perbandingannya menggunakan bijik butuh 1,3 ton, sedangkan umbi cukup 5 kilogram. Gambarannya sudah terlihat lebih irit,” bebernya.

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Kelompok petani di Aceh Tamiang berhasil mengembangkan pertanian bawang merah, menggunakan metode true shallot seed (TSS).

Penggunaan TSS atau biji botani dinilai lebih banyak memberikan keuntungan, baik dari biaya yang lebih hemat dan kualitas tanaman yang lebih baik.

Kadis Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distabunak) Aceh Tamiang, Yunus menjelaskan pada umumnya bawang merah diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi sebagai benih.

Namun, benih dari umbi ini dinilai tidak tahan lama bila tidak didukung teknologi TSS.

“Sistem TSS ini memungkinkan petani bisa memantau benih sejak disemai,” kata Yunus, Jumat (26/6/2020).

Yunus mengungkapkan teknologi TSS ini mulai dikembangkan di Brebes, Jawa Tengah dan sudah keberhasilannya sudah diakui secara nasional.

Wings Air Kembali Terbang ke Bandara Malikussaleh Aceh Utara, Setelah Gagal Empat Hari Lalu

Secara khusus Distanbunnak Aceh Tamiang mengirim seorang petani ke Brebes, untuk mendalami pola ini dan dianggap berhasil menyerap ilmu TSS dengan baik.

“Pak Poniman, petani yang kirim tahun lalu berhasil menyerap ilmu ini dengan baik, sehingga peminat TSS di Aceh Tamiang meningkat drastis,” sambungnya.

Yunus mengungkapkan perwakilan kelompok tani yang berminat menerapkan pola ini secara khusus telah menemuinya di ruang kerjanya, kemarin.

Dalam diskusi itu, petani mencoba mendalami metode untung rugi bila beralih dari tanaman konvensional ke TSS.

Polres Nagan Raya Bantu Sembako 250 Paket untuk Warga Miskin, Meriahkan HUT Bhayangkara

“Yang jelas biaya lebih murah, walau masa tanam sedikit lebih lama. Tapi perbandingannya menggunakan bijik butuh 1,3 ton, sedangkan umbi cukup 5 kilogram. Gambarannya sudah terlihat lebih irit,” bebernya.

Saat ini kata Yunus, baru empat kampung di Aceh Tamiang yang menggunakan TSS.

Namun dari diskusi dengan petani, dipastikan sepuluh kampung bakal ikut menggunakan TSS pada musim tanam berikutnya.

“Saya sudah membawa bawang hasil TSS ini ke provinsi, ternyata mereka mendukung. Hasilnya kita mendapat bantuan untuk umbi 5 haktare dan biji 15 hektare,” beber Yunus yang turut merekomendasi petani lain menggunakan teknologi TSS. (*)

Ini Sejumlah Penyakit yang Dikeluhkan Pengungsi Rohingya Pada Tim Medis PMI Aceh Utara

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved