Kapal Rohingya Terdampar di Aceh Utara
Tangis dan Protes Warga Selamatkan Etnis Rohingya
Sebanyak 100 warga negara asing (WNA) etnis Rohingya yang terdampar di lepas pantai Seunuddon, Aceh Utara, akhirnya dievakuasi.
Warga pun semakin ramai menyaksikan kapal imigran tersebut, memenuhi pondok-pondok yang ada di tepi pantai.
Atas kondisi tersebut, pihak keamanan pun memasang garis pengaman di tepi pantai, agar warga tidak bisa mendekat.
Disamping itu, atas dasar rasa solidaritas, warga Lancok juga menggalang bantuan dari masyarakat yang datang.
Koordinator Penggalang Dana, Azhari Tayeb, menyebutkan, penggalangan dana sudah dimulai sejak pukul 13.00 WIB. Tahap pertama sudah terkumpul uang mencapai Rp 1,3 juta.
"Tahap awal kita sudah order nasi 100 bungkus, rencana akan kita kasih ke imigran sore nanti. Lalu beberapa dus air mineral sudah kita bawa ke kapal mereka, termasuk lima bungkus rokok," katanya.
Menjelang sore atau sekitar pukul 16.00 WIB, warga akhirnya sepakat menurunkan para imigran.
Kapal ditarik menggunakan satu boat nelayan menuju ke tepi pantai.
Setelah merapat, warga menurunkan mereka satu per satu, dimulai dari anak-anak, kaum perempuan, dan terakhir kaum laki-khaki.
Setelah itu, mereka dikumpulkan di sebuah lokasi.
Tapi dikarenakan cuaca hujan yang disertai petir, para imigran Rohingya dibawa berteduh di pondok-pondok tepi pantai tersebut.
Sebagian terlihat menangis, dan sebagian lainnya terkulai lemas.
Seiring upaya penyelamatan yang dilakukan warga, desakan agar Pemerintah menyelematkan para imigran Rohingya itu pun semakin menguat.
Desakan antara lain disuarakan oleh Anggota DPD RI asal Aceh, Fachrul Razi MIP dan Ketua DPRA, Dahlan Jamaluddin.
"Yang penting mereka ditolong dulu. Warga Aceh pernah merasakan nasib yang sama ketika konflik dulu. Kedepankan nilai kemanusiaan," kata Dahlan.
Sekitar pukul 18.30 WIB, para imigran mulai dievakuasi dari Pantai Lancok ke lokasi penampungan sementara, yakni ke bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe kawasan Punteut, Kecamatan Blang Mangat.