Luar Negeri
PBB Pecat Dua Staf Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata, Terlibat Asusila dengan Wanita Israel
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memecat dua pekerja laki-laki Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata PBB (UNTSO).
SERAMBINEWS,COM, NEW YORK - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memecat dua staf laki-laki Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata PBB (UNTSO).
Keduanya tampak dalam sebuah video sedang bergaul dengan seorang wanita Israel berbaju merah.
Rekaman itu terlihat di dalam kendaraan bertanda PBB saat melintasi Tel Aviv, Israel.
Dalam klip video berdurasi 18 detik itu.
Seorang wanita terlihat mengangkangi seorang pria di kursi belakang mobil.
Seorang pria lain tertidur di kursi penumpang saat kendaraan melewati pantai Israel.
Dilansir AFP, Jumat (3/7/2020), PBB bereaksi dengan ngeri terhadap video itu dan meluncurkan penyelidikan serius.
Khususu difokuskan pada dua pekerja dari Organisasi Pengawasan Gencatan Senjata PBB (UNTSO).
Mereka seharusnys memantau aktivitas militer di Israel di wilayah pendudukan Palestina.
Baik wanita maupun kedua pria itu tidak disebutkan namanya.
UNTSO menggambarkan rekaman video itu"menjijikkan" dan sempat viral di awal Juni 2020.
• Rumah Kediaman Resmi Dubes AS di Tel Aviv Dijual, Dukung Ibu Kota Israel Pindah ke Jerusalem
• India Hadapi Lonjakan Kasus Virus Corona, Tokyo Hidup Dengan Virus, Menkes Selandia Baru Mundur
• Myanmar Tuduh China Persenjatai Pemberontak Rohingya, AA dan ARSA
"Dua anggota staf laki-laki internasional yang berada di kendaraan PBB di Tel Aviv telah diidentifikasi,” kata Stéphane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB, Antonio Guterres
Keduanya terlibat dalam pelanggaran, termasuk perilaku seksual.
Dia menambahkan:
"Mengingat keseriusan tuduhan gagal mematuhi standar perilaku yang diharapkan dari pegawai negeri sipil internasional, maka diberi sanksi.”
“Kedua anggota staf telah ditempatkan pada Cuti Tanpa Bayaran, sambil menunggu hasil dan kesimpulan dari penyelidikan yang sedang berlangsung,” ujarnya.
Staf itu akan didisiplinkan jika dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual, yang menurut PBB dianggap sangat serius.
Guterres sebelumnya mengatakan akan mengambil pendekatan "toleransi nol" untuk pelanggaran seksual.
Mereka juga dapat dilarang mengambil bagian dalam pekerjaan penjaga perdamaian PBB.
Bahkan, setelah dipulangkan ke negara asal mereka dapat menghadapi penyelidikan lebih lanjut dari otoritas nasional.
PBB telah menghadapi banyak tuduhan pelanggaran seksual.
Sebanyak 175 tuduhan eksploitasi seksual dan pelecehan terhadap pekerja PBB pada 2019, menurut satu laporan baru-baru ini.(*)