Virus Corona Serang Dunia

Media Australia Soroti Mahalnya Biaya Tes Covid-19 di Indonesia, Mencapai Rp 14,5 Juta

Sebuah investigasi telah dilakukan oleh media asal Australia, The Sydney Morning Herald untuk menelusuri biaya covid-19 di Indonesia.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
FOTO HUMAS UNSYIAH
Petugas melakukan uji swab terhadap jamaah di Masjid Jamik Darussalam, Banda Aceh, Jumat (12/6/2020) siang 

SERAMBINEWS.COM – Media asal Australia, The Sydney Morning Herald menyoroti biaya tes Covid-19 di Indonesia. 

Dalam laporan investigatif yang diterbitkan pada Selasa (14/7/2020), The Sydney Morning Herald menyebut ada rumah sakit dan klinik swasta di Indonesia yang memungut biaya pasien hingga 1.450 dollar Australia (Rp 14,5 juta) untuk sekali tes covid.

Sehari sebelumnya, Senin (13/7/2020), Presiden Indonesia, Joko Widodo meminta kepada jajarannya untuk meningkatkan pengujian hingga 30.000 tes polymerase chain reaction (PCR) per hari.

Ini berarti ada kenaikan hingga 50 persen.

Presiden Jokowi juga meminta lebih banyak laboratorium dibuka di provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Laporan media itu menyebutkan, pengujian virus corona secara gratis di Indonesia jika hanya pasien menunjukkan gejala dan diperiksa di rumah sakit milik pemerintah.

Lockdown Berbulan-bulan Akibat Corona, Ekonomi Singapura Anjlok ke Level Terparah Sepanjang Sejarah

Anak Laki-laki Ini Meninggal Dunia, Alat Tes Swab Covid-19 Patah di dalam Hidung

Akses ke pengujian PCR mungkin sulit diperoleh dan memungkinkan penundaan hingga beberapa minggu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meminta Indonesia untuk meningkatkan tingkat pengujian PCR.

Media itu mengungkapkan, kurangnya pengujian yang massif dan secara luas telah dilirik oleh oknum rumah sakit dan klinik swasta untuk ‘bermain’.

Laporan itu menyebutkan bahwa rumah sakit dan klinik swasta biasanya menyasar kepada penduduk yang lebih kaya.

Terutama kepada orang-orang yang membutuhkan tes untuk dapat naik pesawat, atau karena mereka menginginkan tes tetapi tidak memiliki gejala.

Sydney Morning Herald and The Age menghubungi 14 rumah sakit dan klinik swasta di Jakarta dan di Bali untuk memastikan tarif yang dikenakan.

Rumah sakit swasta di Jakarta termasuk Rumah Sakit Columbia Asia, RS Gading Pluit, RS Pertamina, RSCM Kencana dan Rumah Sakit MRCCC Siloam memungut biaya antara 180 – 250 dollar Australia (Rp. 1,8 – 2,5 juta) untuk sekali tes PCR.

Rusia Berhasil Uji Coba Vaksin Covid-19 Pertama, Menurut Riset Hasilnya Aman

Upah minimum di Jakarta adalah sekitar 400 (Rp 4,2 juta) per bulan, yang berarti bahwa seorang pekerja mungkin harus menghabiskan setengah dari upah bulanan mereka, atau lebih, untuk mendapatkan tes jika mereka tidak menunjukkan gejala.

Harga-harga tes PCR akan naik lebih jauh jika pasien menginginkan hasilnya lebih cepat.

Media itu mengatakan, Rumah Sakit MRCCC Siloam, di Jakarta Selatan, memasang tarif 650 dollar Australia (Rp 6,5 juta) untuk hasil yang akan keluar dalam waktu dalam 24 jam dan 1450 dollar Australia (Rp 14,5 juta) untuk hasil dalam 12 jam.

Demikian pula, RS Siloam Kebon Jeruk di Jakarta Barat mengenakan biaya 450 dollar Australia (Rp 4,5 juta) untuk hasil dalam 24 jam.

Sementara itu, rumah sakit swasta RSCM Kencana dikenakan biaya hingga 550 dollar Australia (Rp 5,5 juta) untuk dua tes PCR - tes darah dan rontgen thorax.

Hari Ini Bertambah 21 Kasus Positif Covid-19 di Aceh

Sementara itu di Bali, Rumah Sakit Unud mengenakan biaya 100 dollar Australia (Rp 1 juta) untuk tes PCR dan rumah sakit swasta Siloam Bali kenakan biaya 250 dollar Australia (Rp 2,5 juta).

Indonesia juga meyediakan tes cepat namun alat itu kurang akurat.

Tes yang dinamakan Rapid test digunakan mendeteksi antibodi untuk COVID-19, harganya lebih terjangkau dengan kisaran harganya mulai dari 15 – 60 dollar Australia (Rp 150 – 600 ribu).

Meskipun pemerintah Indonesia baru-baru ini mengatakan bahwa harga rapid test tetap pada Rp 150 ribu.

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan pemerintah harus turun tangan dan mengatur harga.

Dia mempertanyakan kapasitas pengujian di sektor RS swasta, sementara pemerintah berjuang untuk membuat lebih banyak tes yang dilakukan.

Covid-19 Dapat Bekukan Darah Orang Terinfeksi, Berujung pada Stroke dan Gagal Ginjal

Pandu mengatakan itu "sangat tidak etis" bagi penyedia layanan kesehatan untuk mencari untung dari pengujian pandemi covid-19 dan "memanipulasi ketakutan masyarakat".

"Pemerintah harus membuka matanya untuk mengatur ini. Ini adalah sumber daya nasional, ketika Anda memiliki kapasitas rendah dalam pengujian, Anda perlu meminta (rumah sakit) publik dan swasta untuk membantu meningkatkan kapasitas pengujian (negara)."

"Mengapa kita membiarkan seseorang yang memiliki sumber daya pengujian melakukan berbeda terhadap respons nasional?" katanya.

Andreas Harsono dari Human Rights Watch Indonesia mengatakan bahwa "tentu saja sekarang ada kelebihan kapasitas pengujian".

Menkes Terawan Resmi Coret Istilah ODP, PDP, dan OTG pada Kasus Covid-19, Apa Gantinya?

"Masalah mendasar di sini adalah akses ke layanan kesehatan, hak atas layanan kesehatan.

Pemerintah harus dapat melindungi hak-hak itu, tetapi dalam pandemi skala ini jawabannya tidak semudah itu.

Jelas banyak negara tidak dapat mengatasi pandemi ini," ujarnya.

Indonesia melaporkan 1.522 kasus baru pada hari Rabu (15/7/2020) sehingga total kasus menjadi 80.094 orang.

Tingkat infeksi secara teratur berkisar sekitar 1.600 per hari dan naik setinggi 2.657 Kamis (9/7/2020) lalu, sementara angka kematian 3.797 adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.

Sementara itu, di Australia, orang tidak dikenai biaya untuk pengujian virus corona.

Ratusan Warga Korea Selatan Hadapi Tuntutan Jaksa Akibat Langgar Protokol Covid-19

Sedangkan di  Amerika Serikat, laboratorium diagnostik utama mengenakan biaya sekitar 140 dollar Australia (Rp. 1,4 juta), menurut The New York Times, meskipun sebuah laboratorium di Texas membebankan biaya lebih dari itu.

Tingkat pengujian di Indonesia adalah sekitar 3700 per satu juta orang, jauh di belakang negara-negara tetangga termasuk Malaysia (25.000), Thailand (8600), Singapura (148.000) dan Australia (114.000).

Jakarta, telah meningkatkan pengujian PCR menjadi sekitar 21.000 per satu juta orang, tetapi setidaknya delapan provinsi di negara ini menguji kurang dari 1.000 orang per satu juta orang. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved