Berita Banda Aceh
Kadisdik Aceh Undang Seluruh Mantan Kadisdik Diskusi, Ini Agenda yang Dibahas
Kadisdik Aceh, Drs Rachmat Fitri HD MPA undang seluruh mantan Kadisdik Aceh yang masih hidup untuk hadir dalam sebuah diskusi curah pendapat di ruang
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Drs Rachmat Fitri HD MPA melaksanakan sebuah agenda unik Rabu (22/7/2020).
Ia undang seluruh mantan Kadisdik Aceh yang masih hidup untuk hadir dalam sebuah diskusi curah pendapat di ruang kerjanya.
Mereka yang diundang adalah Dr Anas M Adam MPd, Dr Ilyas Wahab MM, Drs Bachtiar Ishak MM, Drs Laisani MPd, dan Saridin MPd.
Dalam pertemuan terbatas itu hadir pula Zulkifli MPd dan Teuku Miftahuddin MPd, masing-masing sebagai Kepala Bidang Pembinaan SMA dan Kepala Bidang Pembinaan SMK pada Disdik Aceh.
Juga hadir dua technical assistance (TA) Disdik Aceh, yakni Dr Fajran Zain MA dan Azwar.
• Gempa Kekuatan 7,8 Magnitudo Guncang Alaska Amerika Serikat, Peringatan Tsunami Sempat diaktifkan
Rachmat Fitri menyebut para mantan kepala dinas itu dengan julukan "Kadisdik senior".
Ia mengaku sangat bahagia dapat bersilaturahmi dengan para seniornya itu di awal tahun ajaran 2020/2021 ini.
"Selaku Kadisdik senior pastilah mereka kaya pengalaman dan masing-masing punya terobosan serta program unggulan saat memimpin Dinas Pendidikan Aceh.
Sebagai kadis junior, saya tentu perlu menjalin silaturahmi dan menyerap berbagai masukan penting dan strategis dari mereka demi kemajuan pendidikan di Aceh," kata Rachmat Fitri kepada Serambinews.com di Banda Aceh, Rabu (22/7/2020) malam.
Dalam diskusi curah pengalaman dan curah pendapat itu, kata Rachmat Fitri, pihaknya mendapat banyak masukan dan perspektif. Berikut pointernya.
Pertama, dunia kerja di Aceh membutuhkan tenaga-tenaga skillful, rata-rata mereka adalah lulusan D3 dan D4.
Sedangkan lulusan magister dan doktoral lebih terbatas daya serapnya.
Sejauh ini Dinas Pendidikan Aceh sudah merancang program afirmasi di SMAN 16 Banda Aceh untuk bisa melanjutkan ke jenjang D3, D4, dan S1.
• Sopir Mobil Jumbo Asal Langsa Baro Ditangkap Bersama Warga Aceh Utara, Polisi Sita 36 Kg Ganja
Kedua, jumlah guru vokasi di beberapa SMK di Aceh terbatas, maka beasiswa harus lebih diprioritaskan untuk guru-guru vokasi.
Alumni universitas bisa saja di-PPG-kan (diikutkan dalam program pendidikan guru) demi efektivitas waktu.
Dulu pernah ada kerja sama antara Disdik Aceh dengan Universitas Syiah Kuala dan Universitas Al-Muslim, Bireuen, untuk PPG.
Kerja sama ini perlu ditingkatkan dan diperluas ke kampus-kampus yang lain dengan catatan peserta PPG akan mendapat sertifikasi dan bersedia untuk tidak harus di-PNS-kan.
Masalah ini harus menjadi concern bersama antara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) dan Disdik Aceh.
Kedua lembaga ini harus membuat program khusus untuk ini.
• Mengenal Syekh Ihsan, Muazin di Masjid Haji Keuchik Leumiek, Pedagang Emas yang Kini Beralih Profesi
Ketiga, slot SNMPTN Aceh sudah tergolong bagus, tapi takutnya hanya bertumpuk di kampus-kampus kecil dan kampus-kampus baru. Bukannya tidak bagus, hanya saja masih kurang kompetitif.
Untuk itu, lulusan SMA/SMK/MA di Aceh harus memenangkan SBMPTN yang itu membutuhkan persiapan dan pembinaan khusus.
Faktanya, seringkali bahan yang diujikan berbeda dengan bahan yang dipelajari di sekolah
• Pemkab Pidie Akan Bangun Tujuh Venue di Lokasi Sport Center PORA
Oleh karena itu, anak-anak Aceh perlu dididik keterampilan menjawab soal dengan target meningkatkan daya serap lulusan ke kampus-kampus favorit (Top-10 National).
Untuk mencapai target tersebut maka akan ditempuh dua model pendekatan, ke dalam (peningkatan kapasitas peserta didik) dan ke luar (peningatan kerja sama dengan berbagai universitas).
Keempat, kerja sama dayah dengan SMK perlu digalang untuk melahirkan peserta didik yang spiritualis dan berjiwa entrepreneur.
"Hal ini bisa ditempuh dengan beberapa cara, di antarnya melalui pemberdayaan Mobile Training Unit (MTU) yang bisa menjangkau area-area terluar di Aceh dan bersifat ad-doc," demikian Rachmat Fitri yang juga mantan wakil bupati Aceh Barat. (*)
• Bupati Aceh Besar: Corona Itu Ada dan Harus Diwaspadai