Luar Negeri

Rakyat Iran Masih Trauma Penembakan Pesawat Penumpang 30 Tahun Lalu, Jet Tempur AS Ingin Coba Lagi

Bagi sebagian orang Iran, gambaran suram penembakan tak sengaja oleh pasukan AS masih diingat dengan jelas. Insiden 30 tahun lalu itu hampir kembali

Editor: M Nur Pakar
AFP/IRAN PRESS
Gambar yang diambil dari rekaman video pesawat penumpang memperlihatkan jet tempur F-15 AS mencoba mendekat pesawat pada 23 Juli 2020. 

Iran Air 655 lepas landas dari Bandar Abbas, Iran, menuju Dubai di Uni Emirat Arab.

USS Vincennes mengira itu adalah jet tempur F-14 Iran, meskipun memiliki peralatan tempur canggih saat itu.

AS mengatakan Angkatan Laut melakukan 11 panggilan peringatan radio pada frekuensi yang berbeda sebelum melepaskan dua rudal ke pesawat.

Menjatuhkannya dan menewaskan semua 290 orang di dalamnya, 66 di antaranya adalah bayi dan anak-anak.

Iran akhirnya menuntut ganti-rugi dari AS, sebesar 131,8 juta dolar AS.

Tetapi Kapten USS Vincennes, William C. Roger, mendapat penghargaan Legion of Merit, yang selanjutnya membuat marah Teheran.

Tragedi penerbangan itu terjadi menjelang akhir Perang Iran-Irak .

“Saat itu, Presiden Ronald Reagan mendukung diktator Irak Saddam Hussein menyerbu Iran pada 1980," kata Arshin Adib-Moghaddam.

Dia seorang profesor pemikiran global dan filsafat perbandingan di SOAS University of London.

Dia mengatakan insiden itu tetap menjadi trauma nasional bagi banyak orang Iran dan itu diperingati setiap tahun.

Pada tahun-tahun sejak itu, televisi pemerintah di negara Timur Tengah telah menayangkan cuplikan langsung peringatan di tempat pesawat itu jatuh.

Gambar dari rekaman video memperlihatkan seorang penumpang terluka di dalam kabin pesawat Iran, Kamis (23/7/2020).
Gambar dari rekaman video memperlihatkan seorang penumpang terluka di dalam kabin pesawat Iran, Kamis (23/7/2020). (AFP / IRAN PRESS)

Melemparkan karangan bunga ke perairan hangat Teluk Persia.

"Saya pikir cukup jelas, Iran percaya AS tidak peduli dengan kehidupan orang-orang yang tidak bersalah," kata Seyed Mohammad Marandi. Seorang profesor di Universitas Teheran.

"Ancaman terhadap sebuah pesawat sipil hanya akan meningkatkan permusuhan Iran dengan AS, mirip dengan kemarahan yang dirasakan pada 1988,” katanya.

"Bahkan dalam insiden baru-baru ini, AS mencoba menyalahkan kami," tambahnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved