Bendungan Irigasi Jebol, Petani Kesulitan Air
Para petani di Gampong Pulo Baro dan Gampong Krueng Meriam, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, mengeluhkan tentang kesulitan air
* Ribuan Hektare Sawah Terancam
SIGLI - Para petani di Gampong Pulo Baro dan Gampong Krueng Meriam, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, mengeluhkan tentang kesulitan air menyusul jebolnya bendungan irigasi di kawasan Blang Sanggeng, Dusun Kuala Krueng, Gampong Pulo Baro, Kecamatan Tangse.
Mereka mengatakan, suplai air dari bendungan ke persawahan mereka saat ini sudah putus total. Bendungan tersebut jebol dihantam banjir yang terjadi sepekan lalu.
“Saat ini petani semakin kesulitan mendapatkan air untuk sawah mereka karena suplai dari bendungan putus total dihantam banjir,” kata Hamsariadi (27), warga Gampong Pulo Baro, Kecamatan Tangse, kepada Serambi, Sabtu (2/8/2020).
Petani dikatakannya, telah berupaya merehab bendungan tersebut secara swadaya dan kemampuan yang ada, yakni dengan memasang batang kelapa dan bambu di lokasi bendungan yang jebol.
Namun ternyata upaya tersebut hanya bertahan beberapa minggu. Saat banjir terjadi pekan lalu, seluruh batang kelapa dan bambu yang dipasang ikut hanyut dibawa air.
"Petani telah beberapa kali merehab bendungan tersebut dengan swadaya masyarakat, tapi berakhir kekecewaan. Kini bendungan justru putus total," keluhnya.
Keberadaan bendungan tersebut diakuinya sangat penting karena berfungsi untuk mengairi ribuan hektare sawah di Gampong Pulo Baro dan Krueng Meriam, Kecamatan Tangse. Karena itu, petani sangat berharap pemerintah membangun kembali waduk yang hancur tersebut.
Upaya penanganan darurat terhadap bendungan tersebut awalnya disarankan oleh Keuchik Pulo Baro, Munawar, menanggapi keluhan petani. Salah satunya adalah dengan memasang kayu kelapa dan bambu, untuk menutup bagian bendungan yang jebol.
“Tetapi saat Krueng Inong airnya meluap, airnya yang deras menghantam batang kelapa dan bambu sehingga tanggul kembali jebol,” ujarnya.
Pihaknya mengaku sudah pernah melaporkan hal ini kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie, tetapi pihak BPBD ternyata hanya melakukan normalisasi sungai, bukan memperbaiki bendungan yang jebol.
"Kami sudah pernah melaporkan ke BPBD Pidie terhadap kerusakan bendungan itu. Tapi BPBD hanya melakukan normalisasi sungai," tukasnya.
BPBD: Harus Dibangun Baru
Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pidie, Ir Dewan Ansari, mengungkapkan bahwa bendungan irigasi di kawasan Blang Sanggeng, Dusun Kuala Krueng, yang putus total harus ditangani Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Pidie.
Hal itu karena bendungan tersebut harus dibangun baru, dan itu membutuhkan dana yang cukup besar. "Dana tanggap darurat itu bukan untuk membangun baru, tapi dalam bentuk rehab. Kalau bangun baru, BPBD tidak cukup dana," jelasnya kepada Serambi, Minggu (2/8/2020).