Update Corona di Aceh
Angka Positif Terus Meningkat, IDI Aceh Sarankan Pemerintah Lakukan Pembatasan Aktivitas Masyarakat
Safrizal menyampaikan, bahwa pemberlakukan pembatasan sangat penting dalam menekan laju angka positif covid-19 di Aceh.
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Muhammad Nasir I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Seiring meningkatnya jumlah orang yang positif Covid-19 di Aceh hingga 400-an orang, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh meminta Pemerintah Aceh supaya dapat kembali memberlakukan pembatasan aktivitasu untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Ketua IDI Aceh, Dr dr Safrizal Rahmat M Kes SpOT dalam Serambi Podcast, Selasa (4/8/2020).
Safrizal menyampaikan, bahwa pemberlakukan pembatasan sangat penting dalam menekan laju angka positif covid-19 di Aceh.
Katanya, IDI Aceh juga sudah pernah menyampaikan saran tersebut kepada pemerintah.
“Pemerintah harus membuat pembatasan, apa pun bentuk pembatasannya itu, yang penting harus banyak orang yang dibatasi aktivitasnya. Karena saya khawatir jika tidak dilakukan pembatasan, maka penyebarannya nanti tidak bisa dikendalikan,” ujar Safrizal yang juga Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Menurutnya jika pun tidak bisa menghentikan penyebaran, maka harus dilakukan pengendalian penyebaran. Alasannya, karena fasilitas kesehatan dan tenaga medis untuk penanganan Covid-19 di Aceh sangat terbatas.
Sehingga jika angkanya terus melonjak tajam, maka tidak bisa tertampung di rumah sakit dan dirawat oleh tenaga medis.
• Hidupkan Ronda, Ini Cara Bupati Aceh Singkil Awasi Warganya dari Zona Merah
• Hari Pertama Sekolah Tatap Muka di Bireuen, Siswa Dipastikan Gunakan Masker
• Cegah Covid-19, RSUD-YA Tapaktuan dan Sejumlah Puskesmas di Aceh Selatan Tutup Sementara
“Kalau rumah sakit kita ada kapasitas 2 juta orang mungkin oke saja, karena ini terbatas, maka harus dilakukan pembatasan supaya yang sakit tidak terlalu banyak,” ujar Safrizal.
Menurutnya, pembatasan itu bisa dalam bentuk jam malam, PSBB, work from home, hingga pembatasan jam operasional warkop.
“Meskipun secara nasional mungkin tidak masuk akal, tapi mereka sudah pernah melakukannya dulu,” ujarnya. (*)