Berita Aceh Tamiang
Bupati Mursil, Warung Kopi dan Jam Malam di Aceh Tamiang, Ini Ceritanya
“Tidak juga, saya ini pengopi. Tapi karena selama ini beban kerja cukup tinggi, belum sempat saja singgah ke warkop,” sanggah Mursil,
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Nur Nihayati
“Tidak juga, saya ini pengopi. Tapi karena selama ini beban kerja cukup tinggi, belum sempat saja singgah ke warkop,” sanggah Mursil,
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Sebulan terakhir, Bupati Aceh Tamiang Mursil mulai rutin terlihat duduk di warung, khususnya warung kopi (warkop).
Mursil muncul di warung selepas jam kerja, sore atau malam dengan ditemani beberapa relasinya.
Di hari libur, sesekali dia muncul sendirian tanpa ada pengawalan satu orang pun.
Kemunculan mantan Kepala Kanwil BPN Aceh di tempat umum ini jelas menarik perhatian sejumlah kalangan.
Selama ini Mursil terkesan eksklusif, sosok yang asing dengan warung kopi.
“Tidak juga, saya ini pengopi. Tapi karena selama ini beban kerja cukup tinggi, belum sempat saja singgah ke warkop,” sanggah Mursil, Minggu (9/8/2020).
Namun belakangan ia mengungkapkan kemunculannya di warung-warung seputaran Kota Kualasimpang dan Karangbaru untuk memastikan perekonomian masyarakat tetap berjalan selama pandemi Covid-19.
• Rumah Cekgu Terbakar Saat Subuh, Dapur Hangus, Bagian Depan Selamat, Begini Kondisi sekarang
• Dewi Perssik Banting Setir ke Bisnis Kuliner, Jualan Bumbu Rempah Mamah Muda
• Ini Daftar 30 Pemain Timnas U-16 Indonesia yang Dipanggil untuk Jalani TC
Cukup disadarinya kalau wabah Corona telah memukul sektor ekonomi sangat telak, tak terkecuali eksekutif yang harus menghapus sejumlah program untuk dialihkan ke penanggulangan Covid-19.
“Pondasi ekonomi Aceh Tamiang masih UMKM, khususnya pedagang warung kopi. Saya ingin memastikan bisnis ini masih mampu berjalan dengan melihatnya langsung,” kata pecinta kopi sanger ini.
Mursil mengatakan sebuah bisnis warkop bukan cuma interaksi antara pembeli dan penjual kopi.
Banyak elemen yang terlibat di dalamnya karena biasanya di warung kopi juga tersedia jajanan penganan lain, seperti mi, martabak dan jenis kuliner lainnya.
“Belum lagi pekerja di warkop itu yang berjumlah banyak. Kalau warkopnya mati, otomatis elemen-elemen yang ada di sekitar juga ikut mati. Ini bahaya,” sambungnya.
Atas pertimbangan inilah sang Bupati ini mengaku tidak sembarangan mengambil kebijakan dalam penanganan Covid-19.
Orang nomor satu di Aceh Tamiang inil mengaku sangat berhati-hati mengambil kebijakan terkait meningkatnya kasus Covid-19 di daerahnya.
Dia tidak ingin kebijakan memutus mata rantai virus asal Cina ini justru menimbulkan dampak lain yang juga merugikan masyarakat.
“Perang terhadap Corona itu sudah kesepakatan bersama dan harus terus dilakukan. Intinya protokol kesehatan harus ditegakan,” katanya.
Sejauh ini dia tidak pernah berpikiran kembali menerapkan jam malam yang pernah dilakukan di awal-awal Covid-19 menyerbu Aceh.
“Saya paling tidak setuju dengan jam malam. Itu merupakan kebijakan paling berat karena akan membuat ekonomi mati, masyarkat semakin susah,” sambungnya.
Makanya dalam setiap berkunjung ke warung, ia mengingatkan agar pedagang kembali mengetatkan protokol kesehatan dengan menyediakan pencuci tangan di depan warung, menjaga jarak dan menganjurkan sebaiknya makanan dibungkus untuk dibawa pulang.
“Seiring belum beredarnya vaksin Corona, penerapan protokol kesehatan menjadi satu-satunya cara paling ampuh menangkal penularan virus ini. Semoga Allah SWT menghilangkan virus ini secepatnya,” harap Mursil. (*)