Usai Melahirkan, Satu Pegawai FKH Unsyiah Positif Covid-19
Informasi mengharukan datang dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Seorang tenaga kependidikan (tendik) di kampus ‘jantong hate
BANDA ACEH - Informasi mengharukan datang dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Seorang tenaga kependidikan (tendik) di kampus ‘jantong hate (jantung hati-red)’ masyarakat Aceh, ini terkonfirmasi positif Covid-19. Mirisnya, perempuan berinisial S berumur 37 tahun ini baru saja melahirkan. Lebih ironis lagi, saat hendak melahirkan, dia tak tahu jika dokter spesialis kandungan dan kebidanan (SpOG) yang memeriksa kehamilannya sudah lebih dulu terpapar Covid-19.
S juga mengaku tidak diberitahu oleh petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh atau Dinkes Banda Aceh bahwa dokter yang menanganinya pada saat hamil tua sudah positif Covid-19. Perempuan yang berdomisili di Punge Blangcut, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, ini justru tahu bahwa dokter yang sering memeriksa kehamilannya sudah positif Corona dari seorang temannya yang non tenaga medis.
Mendapat kabar tersebut, S cemas bukan main. Kebahagiaannya mendapatkan anak pertama yang lahir dalam kondisi sehat, mendadak berubah menjadi kecemasan. Ia sempat memikir dalam hati, "Kalau dokter yang menangani saya selama ini positif Covid-19, bisa-bisa saya juga tertular. Kalau saya tertular, bagaimana pula dengan bayi saya?"
Lalu, S meminta suami untuk mengantarnya ke Laboratorium Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unsyiah, yang tak jauh dari tempatnya bekerja sebagai pegawai atau tenaga kependidikan (tendik) di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah. "Kemarin (Minggu-red) saya yang swab ibu itu dan hasilnya beliau positif Covid-19," kata dokter yang menswab S di Lab Penyakit Infeksi FK Unsyiah kepada Serambi, Senin (10/8/2020) sore.
Untuk menjaga kode etik sebagai laboran sekaligus analis biomolekul, dokter tersebut minta namanya tidak dipublikasi. "Saya orang lab, biar saja bekerja tanpa nama," tambahnya.
Namun, dokter tersebut tak membantah bahwa dialah yang mengirim WA kepada Rektor tentang adanya pegawai FKH (S-red) yang positif Covid-19.
Kaget dengan laporan itu, Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng, mendiskusikan langsung hal tersebut dengan petinggi kampus dan fakultas tempat S bekerja. Prof Samsul berpandangan, publik juga perlu tahu hal ini supaya jangan makin banyak saja orang yang positif Covid di Aceh tapi tak segera diberitahu kepada masyarakat.
Sebelumnya, Prof Dr R, guru besar perempuan dari FMIPA Unsyiah juga dinyatakan positif Covid-19. Sebagai tindak lanjutnya, kata Prof Samsul, pihak Lab Penyakit Infeksi Unsyiah sudah melaporkan hasil swab S dan R ke Dinas Kesehatan Aceh untuk dapat segera ditangani sebagaimana mestinya. Bulan lalu, EM, perempuan yang bekerja sebagai dosen di Fakultas Pertanian Unsyiah juga terkonfirmasi positif Covid.
Setelah EM, ada dua lagi tendik di lingkungan Unsyiah yang juga positif Covid. Sehingga gedung tempat mereka bekerja harus didisinfeksi. "Kita tidak pernah tutupi siapa pun staf kita yang positif Covid-19. Toh, Covid bukan aib, kenapa harus ditutupi? Makin cepat diketahui staf yang positif Covid, makin cepat dan terarah pula tindakan medis yang dilakukan terhadap mereka," kata Samsul.
Di akhir penjelasannya Samsul menyebutkan, 39 dari 392 mahasiswa Unsyiah yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh juga positif Covid-19. "Jadi, Unsyiah pun sangat terdampak oleh pandemi Covid-19. Karena itu, semua kita harus waspada dan disiplin mematuhi protokol kesehatan, jangan ceroboh atau menganggap enteng seolah Covid-19 sudah berakhir," pungkas Prof Samsul Rizal.
Minta maaf
Sementara itu, keluarga pasien yang diduga meneror dr Edi Hidayat SpPD, dokter Gugus Tugas Covid-19 Pemkab Nagan Raya, akhirnya meminta maaf. Penyelesaian secara kekeluargaan itu tercapai setelah Camat Darul Makmur, Tawaruddin, didampingi Kapolsek Iptu Samsul, dan Keuchik Serba Jadi, Samianto, datang ke rumah keluarga pasien di Desa Serba Jadi, kecamatan setempat, Senin (10/8/2020).
Setelah bermusyawarah, akhirnya dibuat surat permintaan maaf dari keluarga pasien yang diteken oleh Ernawati dengan saksi Hardono dan Ahmad. Dalam surat itu, Ernawati menyatakan menyesal dan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada dr Edi Hidayat. “Surat permintaan maaf itu sudah disampaikan ke dr Edi,” ujar Tawaruddin, kepada Serambi, kemarin.
Sementara dr Edi Hidayat mengatakan, pihaknya membuka peluang agar kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan. "Kita belum buat laporan. Karena mereka sudah minta maaf, Alhamdulilah kasus ini sudah kita selesaikan secara kekeluargaan. Sebab, mereka juga masyarakat kita,” ujar dr Edi menjawab Serambi, Senin (10/8/2020).
Seperti diberitakan kemarin, dr Edi Hidayat, mendapat teror terkait penanganan pasien Corona. Teror yang dilakukan beberapa kali oleh pelaku melalui telepon itu diduga datang dari salah satu keluarga pasien yang tidak menerima hasil swab karena pasien tersebut dinyatakan positif Covid-19. Edi yang juga dokter spesialis di RSUD Sultan Iskandar Muda (SIM) Nagan Raya, mengatakan, teror tersebut membuat dirinya tak nyaman dalam bekerja.