Luar Negeri
Korban Selamat Ledakan Dahsyat Beirut Minta DK PBB Selidiki Penyebab Amoniak Nitrat Meledak
Korban selamat dan anggota keluarga yang meninggal akibat ledakan dahsyat Beirut minta internasional turun tangan.
Setelah perselisihan publik, mereka mengkompromikan Hakim Fadi Sawwan, mantan hakim investigasi militer.
Dewan itu sendiri terdiri dari 10 orang, delapan di antaranya diangkat sesuai dengan kepentingan berbagai faksi politik dan sekte agama sejalan dengan sistem pembagian kekuasaan sektarian.
Pihak berwenang sejauh ini telah menangkap sedikitnya 19 orang, termasuk Kepala Departemen Bea Cukai dan pendahulunya, serta kepala pelabuhan.
Warga Lebanon mengatakan ingin melihat penyelidikan terhadap pejabat tinggi yang mengetahui tentang amoniak nitrat itu.
“Mereka akan menyalahkan orang-orang kecil, sedangkan yang benar-benar bertanggung jawab akan lolos dari kejahatan, itulah yang akan terjadi,” kata Jad, seorang insinyur komputer berusia 38 tahun.
“Jika saat ini tidak ada investigasi yang kredibel dan serius yang akan mengarah pada hukuman bagi semua orang yang bertanggung jawab atas bencana ini, selamat tinggal Lebanon," katanya.
"Tidak ada yang mau tinggal di negara ini lagi, ” tambahnya sambil berdiri di jembatan yang menghadap ke pelabuhan yang hancur.
Pakar forensik Lebanon, Omar Nachabe mengatakan pertikaian publik tentang nama penyelidik utama merupakn pertanda buruk yang menimbulkan keraguan atas kredibilitas penyelidikan lokal.
“Jika saya warga negara Lebanon, ibu kota saya telah hancur, saya ingin penyelidikan cepat dan serius," ujarnya.
Tetapi, sampai saat ini pemerintah belum menunjukkan itu sesuai dengan tugasnya, ”katanya kepada saluran lokal LBCI.
Ledakan telah menandai garis waktu yang suram dalam sejarah modern Lebanon dan telah menewaskan presiden, perdana menteri, serta jurnalis dan aktivis yang tak terhitung jumlahnya.
Terutama selama perang saudara 1975-90 dan seterusnya di negara itu.
Hampir tidak ada pelaku yang pernah ditangkap atau diadili, dan kebenaran selalu terkubur.
Warga Lebanon memiliki harapan besar bahwa pengadilan yang didukung PBB yang menyelidiki pembunuhan Perdana Menteri Rafik Hariri tahun 2005 akan menjadi kesempatan untuk mengakhiri impunitas di Lebanon.
Tapi butuh 15 tahun dan dirusak oleh keraguan politik dan lebih banyak kematian.