Luar Negeri
Presiden Israel Undang Putra Mahkota UEA, Pengusaha Emirat Buka Hubungan dengan Israir
Presiden Israel, Senin (17/8/2020) telah mengundang pemimpin de facto Uni Emirat Arab, Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed.
Sedangkan hubungan resmi dengan Mesir dan Jordania, belum diterjemahkan menjadi hubungan yang baik.
Masih banyak warga tetap waspada untuk berhubungan secara terbuka dengan Israel.
Ini sangat kontras dengan tokoh publik dan swasta terkemuka dari UEA, yang telah terlibat dengan Israel di media dalam beberapa hari terakhir ini.
Membicarakan manfaat kesepakatan bagi kedua belah pihak.
Al Habtoor, yang telah lama menjadi pendukung vokal UEA menjalin hubungan dengan Israel, sangat antusias dengan kesepakatan itu.
Dia tampak sangat bersemangat untuk memulai kerja sama, dengan mengatakan telah mendiskusikan gagasan dengan teman-teman Israel.
"Ini adalah keputusan besar yang diambil oleh para pemimpin Israel dan UEA, maksud saya, apa yang telah mereka lakukan, sungguh, hebat," kata Al Habtoor.
“Ini akan membuat perbedaan besar antara kedua negara dan untuk negara lain yang akan segera menyusul,” katanya.
“Biar saya jelaskan sesuatu. Uni Emirat Arab, saya menyebutnya sebagai peluang dan ini adalah kesempatan bagi para pebisnis Israel dan wisatawan yang ingin berkunjung, kami memiliki variasi," katanya.
"Ini adalah negara yang sangat, sangat kaya, ”katanya tentang Uni Emirat Arab.
Ini adalah skenario yang dibagikan oleh Kementerian Ekonomi Israel , yang memperkirakan normalisasi dapat membuat ekspor Israel ke UEA mencapai 300- $ 500 juta dolar AS per tahun.
Investasi UEA di Israel diperkirakan mencapai 350 juta dolar AS setahun.
Palestina telah mengecam kesepakatan itu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina/
Tetapi Al Habtoor mengatakan Palestina juga dapat meraup keuntungan ekonomi yang besar dari perjanjian normalisasi ini.
“Mayoritas orang Palestina, saya mengenal mereka sejak masa Yasser Arafat, mereka ingin memiliki kedamaian, tapi terkadang bermain di teater, tapi sayangnya, teater pecundang,” katanya.
“Saya dapat meyakinkan Anda lebih dari 70 persen orang Palestina ingin bekerja."