Suka Duka Guru di Tengah Pandemi Covid-19, Bawa Papan Tulis Keliling ke Rumah Murid  

Sejumlah guru di Aceh Tamiang berinisiatif membuat sendiri papan tulis agar bisa dibawa keliling ke rumah siswa

Editor: bakri
SERAMBINEWS/Dok. Screenshot
Salah satu guru ketika membawa papan tulis ke rumah siswa untuk melaksanakan belajar home visit. 

Sejumlah guru di Aceh Tamiang berinisiatif membuat sendiri papan tulis agar bisa dibawa keliling ke rumah siswa. Inovasi ini sengaja dilakukan untuk mendukung program home visit selama belajar tatap muka belum dibolehkan.

Pembuatan papan tulis ini salah satunya dilakukan oleh tenaga pendidik SD Negeri Jamur Jelatang, Kecamatan Rantau, Tamiang. Bermodalkan dua lembar triplek, para guru ini menghasilkan enam papan tulis yang setiap harinya dibawa berkeliling ke rumah siswa mulai dari kelas satu hingga kelas enam.

“Ukuran papan tulis di kelas terlalu besar, tidak mungkin dibawa guru ke rumah siswa menggunakan sepeda motor. Makanya kami berinisiatif membuat papan tulis yang ukurannya lebih kecil,” Kepala SDN Jamur Jelatang, Tusman Spd, Senin (17/8/2020).

Menariknya, Tusman awalnya menolak usulan para guru untuk menerapkan program belajar home visit. Selain khawatir menjadi pemicu penyebaran Covid-19, Tusman takut program ini menyalahi kebijakan Dinas Pendidikan Tamiang. “Ini murni usulan para guru. Malahan saya menolak, takut menyalahi kebijakan,” kata Tusman.

Namun karena kalah suara dan menganggap alasan yang disampaikan  guru cukup rasional, dia pun mengalah. Sikapnya langsung berubah total dengan memberikan dukungan penuh kepada guru agar proses belajar mengajar ke rumah murid berlangsung lancar.

Sri Endang Fajarwati, salah satu guru yang mengusulkan program home visit ini mengatakan, ide itu berawal dari keresahan dan kerinduan guru terhadap nasib para siswa. Mereka cukup menyadari di masa pandemi Covid-19, proses belajar tatap muka tidak mungkin dipaksakan. “Kebetulan saya ini mengajar kelas satu. Apa mungkin cukup hanya dilakukan secara daring, sementara anak-anak ini baru mau mengenal sekolah,” kata Sri.

Home visit ini sendiri diakuinya dilakukan bukan tanpa kendala. Jarak rumah siswa yang tergolong jauh membuatnya sering kewalahan mengendarai sepeda motor dengan membawa papan tulis dan alat peraga lainnya. “Apalagi kalau hujan, susah sekali. Makanya saya sering bawa anak saya, sekadar memegangi papan tulis di boncengan sepeda motor,” sambungnya yang diamini dua rekannya, Nurmalia guru kelas empat dan Sugiati guru kelas enam.

Berkat kegigihan para guru ini, kegiatan yang awalnya ditakutkan mendapat perlawanan dari warga, justru mendapat dukungan penuh, baik dari orang tua maupun perangkat kampung. Bahkan salah satu perangkat kampung menyediakan rumahnya sebagai tempat belajar para siswa. Hal ini dilakukan setelah tak satu pun orang tua siswa yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar. “Lima siswa kami kumpulkan dalam satu tempat. Karena di satu daerah belum ada orangtuanya yang siap rumahnya dijadikan pusat belajar, akhirnya perangkat kampung itu menyuruh kami menggunakan rumahnya,” kata Sugiati.(mad)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved