Silaturrahim Hijriah
Antropolog Al Chaidar Sebut Snouck Hurgronje Murni Masuk Islam dan Membela Islam
Al Chaidar menyebut C.Snouck Hurgronje murni masuk Islam dan mendukung berdirinya organisasi Sarekat Islam di Indonesia.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Taufik Hidayat
Pertama sekali Snouck tinggal di Aceh adalah di Ulee Lheue sebagai tempat yang menjadi markas utama militer Belanda.
Di Ulee Lheue inilah Snouck berhasil menyusun sebuah laporan pertamanya tentang Aceh, yaitu Atjeh Verslag sebagai laporan yang menjadi dasar kebijakan politik dan militer Belanda dalam menghadapi Aceh.
Bagian pertama laporan Snouck tentang Aceh berupa uraian antropologi masyarakat Aceh, pengaruh Islam sebagai dasar keyakinan orang Aceh, serta peranan ulama dan Uleebalang dalam masyarakat Aceh.
Dalam laporan itu Snouck juga menguraikan bahwa perang Aceh dikobarkan oleh para ulama, Sedangkan Uleebalang menurut Snouck bisa diajak menjadi calon sekutu Belanda, karena kepentingannya adalah berniaga.
• Jika Mendaftar Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan Sekarang, Apakah Bisa Dapat BLT Rp600.000?
• Satu Keluarga di Solo Ditemukan Tewas dalam Kondisi Mengenaskan, Diduga Jadi Korban Perampokan
• Seorang PDP di Bireuen Meninggal, Dua Dirawat, Ini Datanya
Snouck juga menulis bahwa Islam bagi masyarakat Aceh juga harus dinilai negatif, karena Islam bisa membangkitkan fanatisme anti Belanda di kalangan rakyat Aceh.
Karenanya, para pemuka agama dalam masyarakat Aceh hendaknya dapat ditumpas agar pengaruh Islam menjadi tipis di Aceh.
Dengan demikian para Uleebalang menurut Snouck akan mudah diajak bersekutu dengan Belanda.
Satu kegagalan pemerintah Belanda di Aceh, menurut Snouck adalah akibat tidak adanya pengetahuan Belanda terhadap Aceh sebagai wilayah Islam.
Itu sebabnya, ketika Snouck bertugas di Aceh, di samping mempelajari karakter masyarakatnya secara antropologis (adat dan budaya Aceh), ia juga mengkaji kitab-kitab para ulama Aceh.
Di antaranya kitab Umdatu al-Muhtajin karangan Syekh Abdul Rauf Syiah Kuala, sebagai kitab yang dianggap Snouck sangat berpengaruh bagi pengembangan Tarekat Syatariyah di Aceh.
Buku “De Atjehers” (dua jilid: 1893-1894) yang ditulis Snouck tentang Aceh, secara ilmu pengetahuan mungkin orang Aceh harus berterima kasih kepada Snouck.
“Namun di sisi lain, apakah Snouck Hurgronje benar-benar masuk Islam, atau sekadar berpura-pura ketika ia berada di Mekkah. Wallahu a’lam bissawab,” tulis Nab Bahany pada bagian akhir artikelnya.
Selain menulis “De Atjehers," Snouck juga menulis buku tentang Gayo, berjudul “Het Gajoland en zijne bewoners” diterbitkan di Batavia pada 1903.
Buku ini kemudian diterjemahkan menjadi “Gayo : masyarakat dan kebudayaan awal abad ke-20” diterbitkan oleh PN Balai Pustaka pada 1986.
Buku tersebut diterjemahkan oleh Hatta Hasan Aman Asnah, penyunting dan kata pengantar, M. Junus Melalotoa.(*)