Berita Aceh Utara
Warga Bongkar Rumah Janda Miskin di Aceh Utara, Ini Sebabnya
Pasalnya, lantai tanah dalam rumah itu sebagian besar sudah ambruk, sehingga posisi rumah tersebut tergantung.
Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
Pasalnya, lantai tanah dalam rumah itu sebagian besar sudah ambruk, sehingga posisi rumah tersebut tergantung.
Laporan Jafaruddin I Aceh Utara
SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Aparat Desa Blang Gunci, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, bersama sejumlah warga, Senin (24/8/2020) sekira pukul 09.00 WIB membongkar rumah Hadijah (58).
Tujuannya untuk menyelamatkan janda miskin ini bersama dua anaknya.
Pasalnya, lantai tanah dalam rumah itu sebagian besar sudah ambruk, sehingga posisi rumah tersebut tergantung.
Sementara Hadijah bersama dua anaknya, sudah pindah mengungsi ke rumah sewa pada Minggu (23/8/2020) sore.
Karena sore itu, satu kamar yang tersisa, tanah dalam kamar itu juga ambruk Minggu (23/8/2020) sekira pukul 14.00 WIB.
Sehingga tak ada kamar yang tersisa lagi. Ambruk tanah itu kembali terjadi di kawasan itu setelah diguyur hujan deras.
• Adik Almarhum Bupati Saifannur, Mukhlis Takabeya Terpilih Sebagai Ketua DPD II Golkar Bireuen
• Dua bom meledak di Filipina Selatan Tewaskan Sembilan Orang, Pembom Asal Indonesia Diduga Terlibat
• Meminimalisir Covid-19, Subulussalam Pasang Thermal Scanner di Perbatasan Aceh-Sumut
Sebelum meninggalkan rumahnya itu, Hadijah bersama dua anaknya itu sudah mulai tidur di teras rumahnya, Kamis (30/7/2020).
Janda miskin itu bersama dua anaknya juga merayakan lebaran Idul Adha 1441 hijriah di teras rumah.
“Kami dari aparat desa bersama warga tadi pagi mengadakan goyong-royong untuk membongkar rumah tersebut untuk menyelamatkan materialnya.
Karena jika tidak dibongkar, dikhawatirkan akan ambruk ke pinggir sungai,” ujar Keuchik Blang Gunci Kecamatan Paya Bakong, Samsul Kamal kepada Serambinews.com, Senin (24/8/2020).
Disebutkan, kini material kayu rumah tersebut sudah disimpan di satu tempat untuk dapat dipergunakan kembali ketika dibangun rumah baru.
Namun, untuk membangun di lahan yang tersebut tak memungkinkan lagi, karena tanah tersebut yang tersisa hanya 15 meter dari Daerah Alira Sungai (DAS) Keureutoe.
Padahal dulu panjang tanah janda tersebut mencapai 100 meter lebih. Tapi karena lama-kelamaan erosi yang tidak ditangani, sehingga hanya tersisa sekitar 15 meter.
“Seingat saya di belakang rumah Kak Hadijah sangat luas, dan jauh dari pinggiran sungai. Ukuran luasnya bisa dijadikan lapangan sepakbola,” kata Samsul Kamal. (*)