DED Bener Meriah
Menteri Nadiem Makarim Terima Tiga Usulan “DED” dari Bener Meriah, Termasuk Museum Arboretum Jokowi
Irmansyah didampingi Sutradara Film Dokumenter Radio Rimba Raya Ikmal Gopi, dan tokoh muda Gayo Zuhri Sinatra.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, menerima tiga dokumen Detail Engineering Design (DED) dari Pemerintah Kabupaten Bener Meriah.
Dokumen tersebut adalah DED Pembangunan Museum Arboretum Jokowi, Monumen Radio Perjuangan Rimba Raya, dan DED Film Sejarah Radio Rimba Raya.
Dokumen DED diserahkan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Budparpora), Kabupaten Bener Meriah Irmansyah, S STP MSP disaksikan wakil rakyat Aceh H Illiza Sa’duddin Djamal dari Fraksi PPP di Gedung DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020).
Irmansyah didampingi Sutradara Film Dokumentar Radio Rimba Raya Ikmal Gopi, dan tokoh muda Gayo Zuhri Sinatra.
Mendikbud Nadiem Makarim menyampaikan terima kasih dan segera mempelajari dokumen usulan tersebut.
Irmansyah menjelaskan, diberi nama Museum Arboretum Jokowi, karena di lokasi tersebut Presiden Joko Widodo pernah membuat semacam kebun botani atau arboretum yang mengoleksi beberapa jenis tanaman pinus saat bekerja di bagian pembibitan pinus untuk kebutuhan PT KKA.
• Peltu Ilham Sosialisasi Agar Masyarakat yang Keluar Rumah Wajib Pakai Masker & Ikut Prokes Covid-19
• Lagi, Empat Warga Bireuen Dinyatakan Positif Covid-19
• Jika Gugatan RCTI Menang, Live Streaming di Medsos Terancam Ilegal
Kabupaten Bener Meriah juga “rumah kedua” bagi Presiden dan punya orang tua angkat.
Presiden Joko Widodo tiga tahun berada di Tanah Gayo, setelah menamatkan pendidikan dari fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta.
Selanjutnya Irmansyah juga menjelaskan tentang keberadaan radio bersejarah, Radio Perjuangan Rimba Raya yang berperan besar pada Agresi Militer II.
Radio milik Divisi X dengan komandannya Kolonel Husein Yoesoef melawan propaganda Belanda dan meneriakkan ke seantero dunia bahwa Indonesia masih ada.
Ketika itu, Belanda mengklaim Indonesia sudah tidak ada. Yogyakarta sebagai ibukota republik sudah dinyatakan jatuh. Radio Republik Indonesia berada di bawah kekuasaan Belanda.
“Tapi justru dari belantara Bener Meriah, ada suara radio yang membantah klaim Belanda itu. Radio itu adalah Radio Rimba Raya,” jelas Irmansyah.
“Ini dua peristiwa bersejarah tidak ada, sangat penting artinya bagi bangsa ini. Karena itu, kami mengusulkan pembangunan museum dan monumen sebagai bagian dari merawat ingatan kita tentang perjalanan sejarah bangsa, serta sebuah film layar lebar,” lanjutnya.
Anggota Komisi X DPR RI Hj Illiza Sa’duddin Djamal yang memfasilitasi pertemuan tersebut mengharapkan, perhatian dan dukungan dari Mendikbud terhadap nilai-nilai sejarah yang ada di Aceh.
“Kami mengharapkan dan dukungan dari Mas menteri,” kata Illiza, satu-satunya politisi perempuan dari Daerah Pemilihan Aceh.(*)