Kupi Beungoh
“Aceh Carong” Telah Pergi Bersama Irwandi ke Pulau Jawa (Bagian 2 - Habis)
Kalau benar ada “permainan” dengan angka-angka yang naik turun seperti “bukit barisan”, maka sang petugas sedang akan mencelakakan bosnya.
Akan keluar istilah yang sangat sedih dan sangat menyakitkan, “chit bangai".
Apakah pembagian masker tidak perlu?
Sangat perlu, bahkan amat sangat perlu.
Apakah perlu Gubernur mengerahkan armada nya untuk turun ke desa-desa barsafari Masker? Tidak perlu.
Apalagi kalau hanya 1 juta masker dibandingkan jumlah penduduk yang wajib masker sekitar 3,6 juta jiwa.
Suatu hal yang perlu dicatat hari ini, ada masker satu perkara, mau atau tidak pakai masker parkara lain lagi.
Hal ini menyangkut dengan perubahan perilaku yang sudah turun temurun, melekat pada individu.
Dan perobahan perilaku ini adalah persoalan nilai.
Ada makhluk yang bernama ASN tiba-tiba datang dari ibu kota provinsi memberi “khotbah” tentang penyakit dan kematian kepada masyarakat desa.
Tunggu dulu, belum tentu mereka mau mengengar, bahkan mau datang sekalipun.
Jangan pernah menyamakan “gebrak masker” dengan pola pembagian BLT atua penyerahan beras raskin kepada publik.
• Ini Niat dan Doa Setelah Shalat Istikharah Serta Waktu Utama Melaksanakannya
Persoalan masker ini tidak akan pernah bisa diselesaikan oleh turba ASN selama 1 minggu.
Adalah ulama besar dan ulama lokal, keusyik, teungku imum, tokoh adat, tokoh masyarakat, penyuluh kesehatan, teungku seumubeut, ketua pemuda gampong, dan seterusnya yang akan menghitamputihkan, dan menyelesaikan pemakaian masker berikut dengan edukasi Covid-19.
Lagi-lagi ini masalah konsolodisi pemangku kepentigan yang belum tertangani dengan baik sampai saat ini.
Sekiranya pemda masih terus bersikukuh untuk fokus pada masker selama minggu ini, dan bukan pada test dan tracing akan semakin memperjelas lagi bukti tidak carong.
Kali ini publikasi besar-besaran operasi “gebrak masker” akan berubah menjadi komedi lucu, tetapi sangat tragis.
Operasi ini diumumkan besar-besaran via media secara bersamaan dengan berita meningkat tajam angka kenaikan positif pasien Covid-19, semakin banyak pejabat publik dan tokoh yang terpapar.
Dan yang paling tragis, selama dua hari ini kematian telah mencapai 10 orang perhari yang terpantau akibat Covid-19.
Karena berita ini menjadi besar gaungnya di tengah tidak jelasnya penanganan Covid-19 di Aceh, maka hal ini akan menjadi perhatian besar nasional dan internasional.
Kalau tetap juga dilanjutkan hal ini akan sama dengan pengumuman kebodohan kepada publik nasional dan international.
Ini sangat menyimpang dari “kecerdikan” Aceh yang sangat “pandai” menyembunyikan kebododohan.
Kali ini pemimpin sendiri yang tampil dengan gagah berani mengumumkan secara “kolosal” kepada publik, bahwa rakyat Aceh dan pemimpinnya bodoh.
Ini bukan hanya masalah malu, tetapi telah menjadi aib besar daerah.
Dalam sebuah minum kopi virtual sabtu sore dengan teman-teman senior mantan pekerja kemanusian semasa konflik, seorang teman mengajukan usul.
Rencana ke kampung untuk gebrak masker tetap dilanjutkan, karena SPJ telah terlanjur ke luar hari Jumat dan bahan-bahan telah siap uituk diangkat dan dibawa.
Ini perlu dibuat untuk menjaga “harkat” dan “martabat” penggagas gebrak masker.
Teman tadi mengusulkan agar nama operasi gebrak masker diubah menjadi operasi “angkut dan bagi masker” via pemangku kepentingan lokal.
Tidak perlu terlalu bergemuruh, cukup eselon empat såja yang ke lapangan, sebab hanya berurusan dengan angkut, bawa, dan titip.
Eselon dua dan tiga cukup tinggal di Banda Aceh menyelesaikan realisasi APBA yang masih megap-megap.
Seorang teman lain mengingatkan jika saja pihak Pemerintah Daerah masih ngotot untuk jalan terus dengan Gebrak Masker dan tak berbuat apa-apa yang signifikan dalam minggu besök untuk test dan tracing, perlu ada penambahan jumlah baliho dan selebaran.
Ada tema kalimat menarik yang diusulkan untuk ditulis di baliho dan selebaran jika pilihan itu dilakukan “Selamat Tinggal Aceh Carong, dan Selamat datang Aceh……….”
Itulah salah satu cara untuk membuat rakyat berdoa agar Irwandi sehat, menjalani cobaan dengan sabar, cepat kembali berkumpul dengan keluarga, dengan rakyat, dan dengan kita semua.
Sayang, Aceh Carong telah pergi bersama Irwandi ke Pulau Jawa.(*)
*) PENULIS Ahmad Humam Hamid adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.