Pidie Kembangkan Kopi Robusta di Tangse    

SIGLI - Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpan) Pidie memplot dana Rp 2 miliar guna mengembangkan kopi robusta di Tangse dan Geumpang. Saat ini, produksi kopi sangat rendah sehingga tidak cukup untuk pemasaran tingkat lokal, dan harus didatangkan dari Aceh Tengah.

Kepala Distanpan Pidie, Ir Sofyan melalui Kabid Perkebunan, Saiful Bahri SP MSi kepada Serambi, Senin (7/9/2020), mengatakan, pada tahun 2020, pihaknya mengembangkan kopi robusta seluas 145 hektare di Tangse dan Geumpang.

Untuk Tangse seluas 120 hektare meliputi Gampong Pulo Mesjid 50 hektare, Blang Pandak 45 hektare, dan Krueng Meriam 25 hektare. Sedangkan di Geumpang seluas 25 hektare di Gampong Pucok. Sebelum itu, kata Saiful, mereka akan melakukan pelatihan terhadap petani dengan tutor dari Distanpan Pidie, dan Aceh Tengah.

"Kami juga memberikan pupuk organik, bibit, dan biaya untuk warga bekerja sebagai insentif. Distanpan Pidie juga merehab 125 hektare kopi di Tangse. Total anggaran untuk dua kegiatan itu Rp 2 miliar yang bersumber dari DOKA," jelasnya.

Ia menyebutkan, saat ini tanaman kopi yang belum menghasilkan seluas 2.354 hektare, dan sebarannya di Tangse, Mane Geumpang. Sementara tanaman kopi tidak produktif mencapai 4.007 hektare. "Tanaman kopi tidak produktif lagi karena tanaman sudah tua dan tidak terpelihara seperti di Tangse, dan Mane," sebutnya.

Pada sisi lain, Saiful mengakui, petani kopi di Pidie menanam tiga jenis kopi yakni robusta, librika (panah) dan arabika. Namun, yang paling dominan ditanam petani adalah kopi robusta. Hanya saja, sekitar 500 hektare kopi robusta diserang hama penggerek. "Rata-rata penggerek menyerang tanaman kopi saat curah hujan tinggi. Harga kopi robusta kering 30.000  per kg, dan librika 28.000 kg," ujarnya. (naz)