Buku Abu Doto: “Perjuangan Tanpa Akhir,” Perjalanan Sejak Kecil Sampai Akhir Jabatan
Buku “Abu Doto: Perjuangan tanpa Akhir” merekam kisah perjalanan dr H Zaini Abdullah sejak masa kecil sampai ia menuntaskan tugasnya sebagai....
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Buku “Abu Doto: Perjuangan tanpa Akhir” merekam kisah perjalanan dr. H Zaini Abdullah sejak masa kecil sampai ia menuntaskan tugasnya sebagai Gubernur Aceh periode 2012-2017.
Zaini Abdullah, akrab disapa Abu Doto, adalah salah seorang tokoh utama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan jabatan Menteri kesehatan dan menteri Luar Negeri. Tapi kemudian ia juga menjadi Gubernur Aceh periode 2012 – 2017.
Banyak hal-hal menarik yang selama ini tidak diketahui publik secara luas, ada dalam buku ini,” kata mohsa El Ramadan dalam bincang budaya bedah buku “Abu Doto: Perjuangan Tanpa Akhir” melalui SerambiPodcast, Kamis (10/9/2020).
Bersama Ramadan, juga tampil Abu Doto yang berbicara dari kediaman pribadinya di kawasan Aceh Besar.
Mohsa El Ramadan bersama tim mengerjakan buku ini selama dua tahun, sebagai bentuk penghormatan terhadap sepak-terjang Abu Doto, atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan keadilan bagi rakyat Aceh kepada Pemerintah Pusat (Jakarta).
“Di mata kami penulis, Abu Doto adalah sosok yang rendah hati, tapi berpendirian teguh,” kata Ramadan.
Buku “Abu Doto, Perjuangan Tanpa Akhir” dibagi dalam tiga bagian, terdiri dari 15 BAB.
Bagian pertama bercerita tentang masa kecil Abu Doto yang mungkin tidak banyak, atau bahkan tidak terungkap dalam buku-buku lain.
Kemudian bagian kedua mengupas pertautan dan perjuangan Abu Doto bersama GAM; dan bagian ketiga memaparkan prestasi Abu Doto sebagai seorang birokrat.
‘Sebenarnya, banyak cerita menarik yang masih bisa diungkap dari kebersahajaan seorang Zaini Abdullah. Seiring ia tumbuh dan berkembang, begitu banyak peristiwa besar Aceh di masa lalu yang bergesekan langsung dengannya. Mulai dari pergolakan DI/TII Daud Beureueh, Prang Cumbok, hingga Aceh Merdeka,” kata Ramadan.
Porsi terbesar buku ini adalah pencapaian Abu Doto saat menjabat Gubernur Aceh. Ada banyak hal positif yang ditorehkan Abu.
Ambil contoh proyek revonasi Masjid Raya Baiturrahman yang awalnya dianggap prestisius tapi akhirnya dipuji banyak orang. Masjid Raya Baiturrahman tak hanya ikon Banda Aceh tapi ia juga rumah ibadah yang berlumuran sejarah dan mengundang decak kagum orang luar Aceh.
Di tangan Abu, masjid ini diperindah, diberi payung layaknya Masjid Nabawi Madinah, dan mempunyai parkir bawah tanah--konsep parkir yang masih baru untuk kota seperti Banda Aceh.
