Laut China Selatan Berpotensi Perang, Prabowo & Retno Tegaskan Indonesia Enggan Terlibat Pertikaian

Campur tangan AS yang ikut mendukung negara ASEAN dan negara-negara yang wilayahnya diklaim China membuat ketegangan makin memuncak.

Editor: Amirullah
ANDREAS LUKAS ALTOBELI/Kompas.com | Dok. Kemenlu
Menhan Prabowo Subianto dan Menlu Retno Marsudi 

Terkait hubungan Indonesia-China, pejabat Jakarta mengatakan bahwa hubungan bilateral telah ditandai dengan proyek yang saling menguntungkan, seperti proyek industri nikel joint-venture di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.

Namun ada juga beberapa insiden perbatasan laut yang menegangkan antara kedua negara, yang telah dikelola oleh Jakarta dan Beijing.

Indonesia telah berulang kali menekankan kedaulatannya atas wilayah di utara Kepulauan Natuna, di mana dikatakan telah terjadi perambahan oleh kapal China dan Vietnam selama bertahun-tahun.

Bahkan kapal China kembali terdeteksi di Natuna belum lama di bulan September ini.

Tiga tahun lalu, seorang pejabat senior pemerintah Indonesia meluncurkan peta yang mengidentifikasi bagian Laut Cina Selatan di utara Kepulauan Natuna sebagai Laut Natuna Utara.

Meskipun wilayah tersebut termasuk dalam zona ekonomi eksklusif Indonesia, namun sebelumnya tidak disebutkan namanya dan dijadikan bagian dari Laut Cina Selatan.

China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya, tetapi Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam juga mengklaim bagian-bagian dari wilayah yang dilalui perdagangan sekitar US $ 3 triliun (S $ 4,1 triliun) setiap tahun.

Meski begitu Indonesia telah bersikukuh tidak menjadi pihak dalam sengketa Laut China Selatan, dan tidak ingin terlibat dalam persaingan AS-China untuk mendapatkan pengaruh regional.

"ASEAN, Indonesia, ingin menunjukkan kepada semua bahwa kami siap menjadi mitra," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi kepada Reuters, Selasa.

"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini."

Indonesia telah menyaksikan banyak investasi China dan kerja sama bisnis di negara itu dalam beberapa tahun terakhir, termasuk perusahaan farmasi milik negara Bio Farma yang bekerja dengan perusahaan China Sinovac untuk vaksin Covid-19 sejak April.

Ekonomi terbesar di Asia Tenggara saat ini sedang mencari investor untuk mendorong pengembangan dua perkebunan pangan nasional di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara sebagai bagian dari upaya untuk mencegah dampak buruk dari krisis pangan global akibat pandemi Covid-19. (*)

artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan jduul Laut China Selatan Berpotensi Perang, Prabowo dan Retno Marsudi Tegaskan Indonesia Ogah Terlibat Baku Hantam!

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved