Berita Aceh Singkil
Melihat Jembatan Kilangan di Aceh Singkil, Asa Warga Empat Desa yang Terisolir
masyarakat di Kecamatan Kuala Baru, Kabupaten Aceh Singkil, khususnya Desa Kayu Menang, saban hari harus mengarungi sungai untuk mobilitas sehari-hari
Penulis: Subur Dani | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Subur Dani | Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, ACEH SINGKIL - Puluhan tahun sudah, bahkan sebelum Indonesia Merdeka, masyarakat di Kecamatan Kuala Baru, Kabupaten Aceh Singkil, khususnya Desa Kayu Menang, saban hari harus mengarungi sungai untuk mobilitas sehari-hari mereka.
Sungai Singkil yang membelah pemukiman, membuat masyarakat di desa itu harus rela bepergian dengan perahu sampan, parahu robin, atau speed boat untuk mencapai daratan ke Kecamatan Singkil atau ke pusat Kecamatan Kuala Baru, daratan yang berbatasan dengan Kecamatan Trumon, Aceh Selatan.
Kondisi ini masih terjadi hingga sekarang. Pantauan Serambinews.com, Senin (14/9/2020) sejumlah perahu robin mengangkut penumpang, ada yang pergi ada juga yang pulang.
Air sungai dengan warna kuning pekat, sepintas menyimpan rasa takut untuk melintasi sungai tersebut, konon lagi sungai-sungai di Aceh Singkil dihuni buaya yang tak jarang menelan korban.
• Gadis Ini Sudah Potong Tangannya, Tapi Niat Jahat Dengan Pacarnya tak Terwujud Hingga Masuk Penjara
Namun, masyarakat di sana sudah terbiasa.
"Sudah biasa Pak, dari dulu kami begini. Saudara kami banyak di sana (Kayu Menang) mereka sering kemari, kami pun sering ke sana, kalau ada pesta ada orang meninggal atau acara lainnya," kata Asmidawati (50) warga Desa Kilangan, Kecamatan Singkil.
Desa Kayu Menang, satu-satunya desa yang terisolir karena dipisahkan sungai.
Ada empat desa di Kecamatan Kuala Baru, Desa Kayu Menang, Desa Sungai, Desa Laut, dan Desa Suka Jaya.
"Tapi Desa Kayu Menang yang benar-benar terpisah, mereka mau ke sini (daratan Kecamatan Singkil) harus naik perahu, mau ke Kuala Baru juga harus naik perahu. Mereka di tengah-tengah sungai dan terpisah," ungkap Asmidawati.
• Viral Detik-Detik Mobil Terbakar Saat Isi BBM di SPBU, Aksi Berbahaya Sopir Jadi Sorotan
Dari daratan Singkil ke Desa Kayu Menang, butuh waktu 15 menit menggunakan speed boat dan 30 sampai 45 menit menggunakan perahu robin.
Ongkosnya pun berbeda, Rp 300 ribu dengan speed boat (carteran) dan Rp 10 ribu per penumpang dengan perahu robin.
"Setiap hari selalu ada yang pulang pergi. Kan perlu belanja atau keperluan lain-lainnya, baik ke sini atau ke Kuala Baru, intinya tetap harus baik perahu," ujarnya.
Asmidawati mengungkapkan, kondisi tersebut sudah terjadi sejak sebelum Indonesia merdeka.
Artinya sudah puluhan tahun masyarakat di Kayu Menang khususnya dan tiga desa lainnya di Kuala Baru harus mengarungi sungai.