Berita Abdya
Pindah Keyakinan Saat Nikah, Wanita Ini Boyong 7 Anak Untuk Masuk Islam di Abdya, Begini Kisahnya
Pindah Keyakinan Saat Nikah, Wanita dari Sumut Boyong 7 Anak Untuk Masuk Islam di Abdya, Begini Kisahnya
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Muhammad Hadi
“Adek saya ini sejak lahir bergama Islam dengan nama Fatimah. Pindah keyakinan saat menikah dengan suami nonmuslim, namanya tidak berubah. Kami empat bersaudara, yang bungsu Fatimah,” kata Arbulan kepada Serambinews.com, Senin (14/9/2020).
Arbulan sudah enam tahun tinggal di Desa Ujong Blang (kuburan syahid), Labuhan Haji Barat, Aceh Selatan.
Sebelumnya, ia juga bertahun-tahun tinggal secara berpindah-pindah antara lain di Desa Padang dan Kampung Teungah, Kecamatan Manggeng, Abdya. Sehari-hari Arbulan kerja serabutan.
Arbulan mengaku sudah 20 tahun tidak pernah bertemu dengan Fatimah.
Keinginan bertemukan dengan sang adek terus diusahakan, akhirnya ada titik terang dengan bantuan seorang teman facebook di Sibolga.
Bantuan teman di Sibolga itu, Arbulan berhasil memperoleh nomor telepon Fatimah sehingga berhasil terjalin komunikasi dengan Fatimah, setelah 20 tahun berpisah.
Melalui saluran telpon, Fatimah sempat curhat kepada Arbulan, tentang kehidupan keluarganya.
Dimana anak-anak perempuan tujuh orang tidak bersekolah, kecuali anak nomor 5 laki-laki bersekolah SMP dan tinggal dengan orang lain di Padang Sedempuan.
Tempat tinggal Fatimah dan keluarga sangat terpencil dalam kawasan hutan.
• Gadis Ini Sudah Potong Tangannya, Tapi Niat Jahat Dengan Pacarnya tak Terwujud Hingga Masuk Penjara
“Adek saya ini dan keluarga tinggal di kawasan hutan kawasan Desa Mursa, jaraknya satu hari naik mobil dari Padang Sidempuan. Tapi, dari pusat Desa Mursa, harus jalan kaki selama 4 jam baru mencapai lokasi tempat tinggal Fatimah,” papar Arbulan.
Fatimah tinggal di kawasan sangat terpencil seperti itu karena sang suami sangat hobi bekerja membuka lahan hutan belantara.
Akhirnya, tujuh anak perempuan dari 10 anak tidak pernah mengenyam pendidikan.
Dalam pembicaraan melalui telepan dengan Arbulan, Fatimah mengutarakan keinginannya untuk kembali memeluk agama Islam di Aceh, dan meminta bantuan sang abang.
Arbulan mengatakan, masuk Islam itu tidak main-main, harus muncul dari lubuk hati yang dalam, mempelajari ajaran Islam secara sungguh-sunguh, bukan untuk mencari kesenangan.
“Saya minta adek saya (Fatimah dan keluarga) untuk fakir-fikir dulu dengan matang.