Kupi Beungoh
1,3 Juta Laptop untuk Pendidikan VS Multi Years (Bagian II), Selamatkan Seuhak dan Jutaan Anak Aceh
Bagi Seuhak dan 1.2 juta temannya, termasuk siswa siswi, 6 bulan yang telah dilayani adalah neraka awal perjalanan masa depan mereka.
Dalam tahun-tahun hiruk pikuk Covid-19 ini, paling kurang 3 tahun menurut para ahli, Aceh punya dua pilihan, tepatnya dua prioritas.
Melanjutkan berbagai kegiatan pembangunan, apalagi berbagai proyek multi years, yang memang ada manfaatnya, tetapi dengan harga pembodohan 1,2 juta generasi bangsa penerus masa depan.
Sebaliknya jika pilihannya adalah untuk memulai sebuah pekerjaan baru, berupaya sekuat tenaga untuk menghindari Aceh menjadi produsen “useless group” di masa depan, maka hanya ada tiga pekerjaan mendesak.
Satu, beli 1.3 juta laptop, atau tablet untuk murid, siswa siswi dan guru di seluruh Aceh.
Dua, pastikan setiap gampong, -kantor gampong, mempunyai wifi gratis dan perbanyak buat hotspot wifi publik di seluruh Aceh.
Tiga, tingkatkan kemampuan para guru sehebat -hebatnya untuk pembelajaran daring.
Pilihan itu akan memberikan reaksi keras, dan ini menuruti bahasa kampong adalah “persoalan antene”, baik pejabat publik, para tokoh, maupun aktivis.
Kalau masalah “antene”, hal itu dapat diurus, akan tetapi yang sangat sulit kalau ada “kepentingan”.
Terhadap orang-orang yang menolak ide semacam ini, ada sebuah advis.
Program ini besar, uangnya mungkin sekitar 3 sampai 4 triliun, dan ini adakah kunci untuk masa depan bangsa, sekaligus ajang kontrak yang juga cukup besar nilainya.
Ini proyek yang tidak rumit, instant, dan persis seperti pengadaan alat peraga 103 miliar temuan anggota DPRA fraksi PAN, Fuadri.
Kalau ada kelompok kepentingan yang keberatan terhadap ide penyelamatan 1,2 juta generasi penerus, kreativitas poster Pemda yang selama ini cukup bekembang harus dilanjutkan.
Tulisan di poster mungkin seperti ini bunyinya. “Selamatkan 1,2 Juta Murid dan Siswa Aceh, Biaya Sekitar 3-4 T, Bangsa Untung, Kita Untung.”
Tempelkan di sebanyak mungkin kenderaan, seperti Poster BBM dan Masker kemaren dulu. Itu saja
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.