Perang Armenia dan Azerbaijan
Armenia Kini Menanggung Kerugian Akibat Sikap Agresifnya terhadap Azerbaijan
Azerbaijan membebaskan sebagian besar wilayahnya yang diduduki Armenia sejak 1994, termasuk wilayah pegunungan yang penting dan strategis.
SERAMBINEWS.COM, BRAINLY - Provokasi tentara Armenia pada 27 September 2020 lalu membuat Azerbaijan melancarkan serangan balasan untuk menyelamatkan wilayahnya di bawah pendudukan Armenia selama bertahun-tahun.
Pada 30 September ini, Azerbaijan membebaskan sebagian besar wilayahnya yang diduduki Armenia sejak 1994, termasuk wilayah pegunungan yang sangat tinggi dan penting secara strategis.
Meski angka resmi tidak sepenuhnya mencerminkan kebenaran, kedua belah pihak mengalami kerugian militer yang serius.
Secara khusus, media sosial Armenia menggambarkan negara ini mengalami kerugian militer yang serius, yang akan menyebabkan kemarahan massal jika terus berlanjut, dan berita video resmi yang dibagikan oleh Kementerian Pertahanan Azerbaijan juga menunjukkan kekalahan militer Armenia.
Sementara itu, Armenia berusaha menyerang warga sipil untuk menghentikan kemajuan Azerbaijan. Serangan tentara Armenia terhadap pemukiman sipil Azerbaijan menewaskan 12 warga sipil dan melukai 35 warga sipil lainnya.
Setelah dimulainya perang, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev berpidato di depan rakyatnya pada 27 September, dan kemudian mengadakan pertemuan Dewan Keamanan.
Banyak negara asing yang telah menyerukan gencatan senjata kepada kedua sisi. Institusi dan pejabat internasional, terutama Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, dan para kepala negara menyerukan solusi damai untuk masalah tersebut dalam pertemuan mereka dengan para pemimpin kedua negara.
Turki menyatakan terus mendukung Azerbaijan secara penuh, serta menekankan slogan “satu bangsa-dua negara”, serta berharap terpenuhinya prinsip-prinsip dasar hukum internasional dalam masalah ini.
Dewan Keamanan PBB, yang bersidang pada 29 September, juga mengundang para pihak untuk segera menghentikan konflik dan menyelesaikan masalah dengan damai.
Meski perjanjian gencatan senjata ditandatangani pada 1994, kobaran api tidak pernah berhenti di wilayah tersebut selama periode itu.
Bahkan terjadi konflik skala kecil pada September 2009, musim panas 2010 dan Februari 2017, serta 4 hari perang pada April 2016 dan Juli 2020.
Namun, tampaknya tak mengejutkan cakupan dan durasi konflik meningkat di semua konflik itu. Mungkin untuk pertama kalinya tidak mengherankan jika konflik skala besar pecah. Ada banyak alasan untuk ini.
Armenia telah meningkatkan klaim teritorialnya terhadap Azerbaijan sejak paruh kedua 1980-an dan mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum internasional dan hukum Soviet. Sejak awal 1990-an, Armenia mulai menduduki tanah Azerbaijan dengan dukungan asing.
Selama bertahun-tahun, mereka tidak menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB dan organisasi internasional lainnya yang menyatakan bahwa Armenia harus mengakhiri pendudukannya atas wilayah Azerbaijan segera dan tanpa syarat. Sebaliknya, Armenia terus memprovokasi Azerbaijan.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev telah menjelaskan secara rinci alasan dimulainya perang dalam pidato kebangsaannya, dalam pertemuannya dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan dalam pernyataan terakhirnya kepada televisi pemerintah Rusia pada 29 September.