Internasional
Keluarga Korban Pemerkosaan Geng Hathras Tidak Bisa Melihat Wajahnya Sebelum Kremasi
Keluarga korban pemerkosaan berkelompok di Hathras mengatakan tidak diizinkan melihat tubuh putri mereka sebelum dikremasi secara paksa pada
SERAMINEWS.COM, MUMBAI - Keluarga korban pemerkosaan berkelompok Hathras mengatakan tidak diizinkan melihat tubuh putri mereka sebelum dikremasi secara paksa pada Rabu (30/9/2020) pukul 02.30 pagi.
Keluarga korban pemerkosaan geng Hathras di Uttar Pradesh India yang berusia 19 tahun, Sabtu (3/10/2020) mengatakan mereka menginginkan keadilan.
Bukan uang saat berbicara kepada wartawan, yang diizinkan memasuki Distrik Uttar Pradesh untuk pertama kalinya, lansir HindustanTimes, Sabtu (3/10/2020).
Wanita Dalit diperkosa oleh empat kasta atas awal bulan ini dan dirawat di Jawaharlal Nehru Medical College of Aligarh Universitas Muslim.
Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Safdarjung di New Delhi di mana dia meninggal.pada Selasa (29/9/2020).

• Pengadilan India Khianati Muslim, Bebaskan Pelaku Penghancuran Masjid Babri 1992 Diubah Jadi Kuil
Keluarga tersebut mengatakan saat berbicara dengan wartawan mereka tidak diizinkan melihat tubuh putri mereka sebelum kremasi paksa pada Rabu (30/9/2020) pukul 02.30.
Dia menambahkan permintaan mereka untuk mengkremasi wanita itu di pagi hari tidak dihiraukan.
“Kami berbaring di depan ambulans tetapi dikeluarkan dan kremasi dilakukan secara paksa pada malam hari,” kata mereka.
“Kami menginginkan keadilan, bukan uang,” kata mereka.
Mereka merujuk pada korban yang dikremasi oleh polisi Uttar Pradesh pada Rabu (30/9/2020) dini hari, bertentangan dengan keinginan keluarga.
Anggota keluarga tersebut diduga dikunci di dalam rumah dan tidak dapat melakukan ritual terakhir.
• Pemerkosaan Berkelompok Hathras, Pengacara Sebut Pemerintahan Uttar Pradesh Gagal Lindungi Wanita
Daerah itu dibatasi oleh otoritas Uttar Pradesh dan Pasal 144 diberlakukan di distrik yang melarang para pemimpin politik dan jurnalis untuk bertemu dengan anggota keluarga.
Sebelumnya pada hari itu, distrik dibuka kembali hanya untuk wartawan.
Pihak keluarga menuduh mereka, terutama ayah perempuan tersebut, ditekan oleh otoritas UP.
Mereka juga menuduh bahwa tidak ada penyelidikan yang dilakukan oleh tim investigasi khusus (SIT) dengan dalih media dilarang memasuki desa.(*)
• India Hapus Taj Mahal dari Program Promosi Pariwisata, Berusaha Merubah Warisan Islam