Makam Cut Nyak Dhien

Kisah Penjaga Makam Tjut Nja’ Dhien, Setia Merawat Pusara Ibu Ratu Walau tak Lagi Diberi Honor

Meski tak lagi diberi honor namun tak mengurangi tanggung jawab kami merawat makam Ibu Ratu. Beliau (Tjut Nja' Dhien) adalah bagian keluarga kami.

Penulis: Nasir Nurdin | Editor: Nasir Nurdin
Dok Asep Gusnandar/For Serambinews.com
Asep Gusnandar, Juru Kunci Makam Tjut Njak Dhien di Gunung Puyuh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu (11/10/2020). 

“Meski tak lagi diberi honor namun tidak mengurangi tanggung jawab kami merawat makam Ibu Ratu. Beliau (Tjut Nja’ Dhien) adalah bagian keluarga kami," kata Juru Kunci Makam Tjut Nja' Dhien, Asep Gusnandar.

SERAMBINEWS.COM -  Juru Kunci (Kuncen) Makam Tjut Nja’ Dhien di Gunung Puyuh, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat mengaku tak lagi menerima honor karena menurut pejabat setempat sang kuncen bukan PNS.

Informasi terhentinya honor Juru Kunci Makam Pahlawan Nasional asal Aceh tersebut diterima Serambinews.com dari Mulyadi Makmuman, Dosen Sospol Unimal, mengutip laporan adik kandungnya, Rijal Makmuman, S.Sos, M.Si, putra Aceh yang berkarier di Bandung, Jawa Barat.

Mulyadi yang juga mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) Unsyiah mengatakan, pada Minggu, 11 Oktober 2020, adiknya bersama keluarga ziarah ke makam Tjut Nja’ Dhien di Gunung Puyuh, Sumedang.

“Saat bincang-bincang dengan juru kunci makam bernama Pak Asep Gusnandar, di situlah terungkap kalau penjaga makam tak lagi menerima honor,” ujar Mulyadi mengutip keterangan adik kandungnya.

Membenarkan

Dihubungi Serambinews.com melalui telepon selularnya, Minggu (11/10/2020) sore, Asep Gusnandar (53) membenarkan pihaknya tak lagi menerima honor sejak Juni 2019.

Asep merupakan turunan ke-6 dari KH Sanusi (imam besar dan qadi di Sumedang) yang merawat Tjut Nja’ Dhien setelah diasingkan Belanda secara diam-diam dari Aceh.

VIDEO - Heboh Pengobatan Alternatif Pasien Covid-19, tak Terapkan Protokol Kesehatan

Pada 6 November 1908 Tjut Nja’ Dhien wafat dan dikebumikan di kompleks pemakaman para bangsawan Sumedang di Gunung Puyuh.

Makam Tjut Nja’ Dhien bersebelahan dengan makam kedua orang yang sangat berjasa merawatnya, yaitu KH Sanusi dan Ibu Nyai Khodijah.

Asep Gusnandar sendiri mengaku sudah mengemban tanggung jawab sebagai juru kunci makam Tjut Nja’ Dhien sejak November 2015 mendampingi ayahnya, Rd Dadan Rusnandar yang sudah tua.

Pada 8 Juni 2019, sang ayah meninggal dunia.

Praktis sejak saat itu Asep bertanggungjawab penuh dalam hal pemeliharaan dan merawat makam keluarga termasuk makam Tjut Nja’ Dhien yang menjadi bagian dari keluarga mereka yang dilakukan secara turun temurun.

Update Corona 10 Oktober, 98 Kasus Positif Baru Covid-19 Bertambah di Aceh, Total 5.642 Orang

Di kalangan masyarakat Sumedang dan keturunan KH Sanusi, Tjut Nja’ Dhien mendapat nama kehormatan Ibu Ratu atau Ibu Perbu.

“Di kalangan ibu-ibu pengajian dan murid-murid beliau dipanggil Ibu Suci,” ujar Asep tentang sejarah pahlawan nasional asal Aceh tersebut.

Honor Rp 300.000

Seingat Asep, selama dia mendampingi ayahnya sebagai juru kunci, honor yang diterima Rp 300.000 sebulan yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

Honor tersebut diterima dari Dinas Sosial (Dinsos) Sumedang.

Menjelang ayahnya meninggal dunia, honor sempat naik menjadi Rp 500.000 sebulan namun hanya sekali diterima dengan besaran itu.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved