Internasional
Gencatan Senjata Azerbaijan-Armenia Terancam Gagal, Tidak Ada Yang Mau Mengalah
Gencatan senjata yang ditengahi Rusia atas konflik Azerbaijan-Armenia tampaknya menunjukkan kegagalan. Pertempuran sengit terus berlanjut di wilayah
SERAMBINEWS.COM, MOSKOW - Gencatan senjata yang ditengahi Rusia atas konflik Azerbaijan-Armenia tampaknya menunjukkan kegagalan.
Pertempuran sengit terus berlanjut di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh sampai Rabu (14/10/2020).
Kedua negara, Azerbaijan dan Armenia saling menyalahkan atas serangan baru.
Kegagalan gencatan senjata yang seharusnya dimulai Sabtu (10/10/2020) mencerminkan posisi tanpa kompromi dari dua negara di Kaukasus Selatan itu.
Meningkatnya pertempuran menimbulkan momok konflik yang lebih luas yang dapat menarik Rusia dan Turki serta mengancam ekspor energi dari Laut Kaspia.
Tinjauan beberapa aspek militer dan geopolitik dari konflik dan potensi dampaknya:
Nagorno-Karabakh, yang sebagian besar dihuni oleh orang Armenia, adalah daerah otonom di Azerbaijan selama era Soviet, lansir AFP, Rabu (14/10/2020).
Ketegangan bersejarah antara orang-orang Kristen Armenia dan sebagian besar Muslim Azerbaijan, dipicu oleh ingatan pembantaian 1,5 juta orang Armenia tahun 1915 oleh Turki Ottoman.

Baca juga: VIDEO - 30 Tahun Menduduki Tanah Azerbaijan, PETINGGI TURKI Desak Armenia untuk Angkat Kaki
Pada tahun 1988, wilayah tersebut berusaha bergabung dengan Armenia, memicu permusuhan yang berubah menjadi perang habis-habisan ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Pada saat gencatan senjata tahun 1994 mengakhiri pertempuran tersebut, diperkirakan 30.000 orang telah tewas dan hingga 1 orang juta orang mengungsi.
Pasukan Armenia tidak hanya menguasai Nagorno-Karabakh sendiri, tetapi juga merebut sebagian besar tanah di luar perbatasan wilayah tersebut.
Nagorno-Karabakh, wilayah pegunungan berhutan yang luasnya sekitar 4.400 kilometer persegi seukuran negara bagian Delaware, AS, menjalankan urusannya sendiri sejak saat itu
Sejak pasukan Armenia mengalahkan pasukan Azerbaijan dalam perang, mediator internasional telah mencari penyelesaian politik.
Rusia, Amerika Serikat dan Prancis, yang ikut mensponsori pembicaraan damai Nagorno-Karabakh di bawah naungan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, telah mengajukan banyak inisiatif perdamaian.
Tetapi penolakan keras Armenia untuk menyerahkan tanah apapun telah menjadi batu sandungan perdamaian/