Memelihara Ayam di Rumah Bisa Jadi Bom Waktu dengan Kekuatan Mematikan, Kok Bisa?

Hobi memelihara ternak di belakang rumah atau yang kandangnya berdekatan dengan rumah bisa memicu bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Editor: Amirullah
(AFP/XAVIER LEOTY)
Maurice, si ayam jantan.(AFP/XAVIER LEOTY) 

SERAMBINEWS.COM - Hobi memelihara ternak di belakang rumah atau yang kandangnya berdekatan dengan rumah bisa memicu bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro, mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawa ayam, babi atau kambing berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, bisa terpapar hewan liar seperti kelelawar.

Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Baca juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mbak You Peringatkan Masyarakat Akan Bencana Besar

Baca juga: 51 Pemilik Rumah di Jalan Elak di Bandar Baru, Pidie Jaya Terima Dana Ganti Rugi, Ini Harapan Bupati

Baca juga: 3 Cara Ampuh Hilangkan Jerawat dan Komedo dengan Bahan Utama Teh Hijau

Perubahan iklim juga dianggap sebagai faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka.

Misalnya di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Wabah sulit diprediksi dan dibendung

Menurut Dr de Barro, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya.

Sebab tiak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

Baca juga: Usai Makan Mie yang Disimpan di Freezer, 9 Orang Masih Satu Keluarga Meninggal, Ini Penyebabnya

Baca juga: Tetap Menyerang Usai Diberi Tembakan Peringatan, Seorang Pria Tewas Ditembak Polisi, Diduga Depresi

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved