Pendidikan Dayah

Nyanyian Miris Yatim Piatu dan Anak Duafa di Dayah Darul Amna, Berharap Asrama tak Lagi Bocor

“Mudah-mudahan kami bisa segera membangun asrama baru agar anak-anak bisa tidur lebih lelap dan aman.”

Penulis: Nasir Nurdin | Editor: Nasir Nurdin
ACT Aceh/For Serambinews.com
Santri Dayah Darul Amna di Gampong Dayah Usi, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie berfoto di asrama mereka yang dihuni berdesak-desakan. 

Kamis, 22 Oktober 2020, Staf Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh, Akhi Munandar berkunjung ke Dayah Darul Amna di Gampong Dayah Usi, Kecamatan Mutiara Timur, Kabupaten Pidie. Ratusan anak yatim, yatim piatu, anak dari keluarga duafa, dan telantar diasuh di dayah yang kondisi bangunannya semakin memprihatinkan. “Anak-anak harus tidur berdesakan. Bocor saat hujan dan kedinginan diterpa angin. Menu makanan sehari-hari juga jauh dari standar kecukupan gizi. Anak-anak itu sangat berharap bisa memiliki tempat tinggal layak dan menu makanan sehari-hari yang lebih baik,” ujar Tgk Rahmatullah yang sudah 17 tahun menjadi pengasuh di panti yang berada di bawah Yayasan Darul Amna Mutiara tersebut.

SERAMBINEWS.COM – Staf Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh, Akhi Munandar yang berkunjung ke Dayah Darul Amna di Gampong Dayah Usi, Mutiara Timur, Pidie, Kamis 22 Oktober 2020 merekam berbagai fakta memprihatinkan di dayah yang dihuni ratusan santri berstatus yatim, yatim piatu, anak keluarga duafa, dan anak telantar tersebut.

Menurut informasi yang dikumpulkan pihak ACT Aceh, Dayah Darul Amna merupakan kelanjutan dari lembaga pendidikan yang pernah didirikan oleh Abu Daud Beureueh.

Pada tahun 1996, Tgk Zakaria bersama Abu Mansoer, H Sayed Yusuf Ubit, dan H Hanafiah Mahmud berembuk untuk keberlangsungan lembaga pendidikan itu. Maka dibentuklah Yayasan Darul Amna Mutiara yang menaungi Dayah Darul Amna.

Tgk Rahmatullah
Tgk Rahmatullah (ACT Aceh/For Serambinews.com)

Kini, putra dari almarhum Tgk Zakaria bernama Tgk Rahmatullah yang akrab disapa Waled menjadi pengasuh ratusan santri berstatus anak yatim, yatim piatu, anak keluarga duafa, dan anak telantar di dayah bersejarah itu.

Santri di sana juga banyak yang berlatar belakang korban konflik dan korban tsunami. Mereka mendapatkan tempat tinggal, makan, dan pendidikan gratis dari yayasan. 

Menurut pengakuan Waled, fasilitas Dayah Darul Amna tidak sedikit yang dibangun dari sisa kayu dan seng berasal renovasi rumah warga serta sumbangan para dermawan.

Wajar saja ketika hujan asrama mengalami kebocoran dan ditembus hawa dingin menggigit. Apalagi lokasinya  berada di tengah area persawahan.

Baca juga: Bupati Pidie Jaya Serahkan KTA untuk 600 Anggota dan Pengurus Majelis Taklim

Baca juga: Plt Gubernur Aceh: Pengelolaan Aset Daerah Dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi

Waled mengatakan, santri perempuan sebanyak 60 orang tinggal di asrama kayu berukuran 15x6 meter. Di tempat berbeda, 40 santri laki-laki juga tinggal di asrama kayu berukuran 15x6 meter.

Rencananya, kata Waled, santri laki-laki akan dipindahkan ke asrama baru bila tersedia dana untuk pembangunannya. Kemudian asrama lama laki-laki akan ditempati sebagian santri perempuan agar mereka tidak lagi tinggal berdesakan.

Ia berkeinginan membangun tambahan asrama baru untuk santri. Namun, fakta yang dihadapi, untuk memenuhi biaya operasional yayasan ia sudah sangat kesulitan.

“Mudah-mudahan kami bisa segera membangun asrama baru agar mereka bisa tidur lebih lelap dan aman,” ujar Waled penuh harap.

Ketika bincang-bincang dengan Staf ACT Aceh, Waled memperkenalkan beberapa bocah yang menjadi anak asuhnya.

Yana (5 tahun/nama samaran) terlihat cukup santai duduk di samping Waled yang sudah dianggapnya seperti ayah kandung. Bocah ini sudah bersama Waled sejak berusia 3 tahun.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved