Nova Diminta Tagih Janji Presiden

Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh Eksekutif Watch Mustaqim SSos berharap keseriusan pemerintah

Editor: hasyim
For Serambinews.com
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyampaikan, hingga Januari 2021, sebanyak 67 ribu ton kopi Gayo yang menumpuk di gudang. Ini sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang mengakibatkan rendahnya daya serap pasar baik dalam negeri maupun pasar ekspor. 

* Untuk Beli Kopi Gayo

REDELONG - Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Aceh Eksekutif Watch Mustaqim SSos berharap keseriusan pemerintah membeli kopi arabika Gayo yang kini harganya anjlok di pasar. Saat ini stok menumpuk di gudang dan petani kopi pun mengalami kesulitan ekonomi. 

Mustaqim juga berharap Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menindaklanjuti janji Presiden Jokowi yang ingin membeli komoditas kopi Gayo senilai Rp 1 triliun.

“Terkait janji Presiden Jokowi itu sekarang masyarakat menunggu keseriusan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah memikirkan nasib petani kopi di Dataran Tinggi Gayo (DTG), apalagi ini menjelang panen raya,” ujar Direktur LSM Aceh Eksekutif Watch, Mustaqim S.Sos kepada Serambi, Selasa (27/10/2020).

Sebelumnya, Plt Gubernur Aceh menyampaikan bahwa Presiden berjanji membeli produk utama perkebunan Dataran Tinggi Gayo (DTG) yaitu kopi, baik melalui skema BUMN, ataupun swasta dengan nilai Rp 1 triliun. Pernyataan itu disampaikan Nova Iriansyah dalam pertemuan dengan bupati dan wakil bupati serta pimpinan dan anggota DPRK Aceh Tengah, di Pendopo Gubernur Aceh pada Senin (20/7/2020).

Disebutkan Mustaqim, pascapanen raya, petani kopi di Bener Meriah dan Aceh Tengah justru merasa kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi akibat anjloknya harga beli kopi di tingkat petani.

Menurut mahasiswa pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ini, ketergantungan masyarakat Gayo dengan kopi menjadi salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian setempat. Namun, ditengah pandemi global, tak banyak yang bisa dilakukan petani.

Saat ini harga biji kopi asalan yang setelah disortir berkisar Rp 68 ribu/kg sampai dengan Rp 75 ribu/kg. Kini, harganya anjlok menjadi  Rp 39 ribu/kg sampai dengan Rp 47 ribu/kg. Kondisi ini sangat berpengaruh kepada kondisi ekonomi warga yang mendiami Dataran Tinggi Gayo (DTG). Soalnya, 80 persen warga punya ketergantungan dengan produksi kopi.

“Masyarakat kita di sini sangat tergantung dengan kopi, ditambah lagi pandemi Covid-19 global yang berdampak ke seluruh sendi kehidupan, sosial, dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Anjloknya harga karena pengusaha kopi atau buyer (pembeli) mengurangi permintaan, bahkan berhenti beroperasi. “Permintaan memang tetap ada, namun harga jual yang tidak stabil dan  mengalami penurunan yang sangat drastis,” sebutnya

Sudah Surati Dirjen Perkebunan

Terkait stok kopi arabika Gayo yang masih menumpuk di gudang-gudang eksportir, pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh telah menyurati Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian RI di Jakarta pada 13 Oktober 2020.

“Terkait stok kopi arabika Gayo yang belum terpasarkan akibat pandemi Covid-19 di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, kita telah menyurati Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian RI,” ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A Hanan MM kepada Serambi, Selasa (27/10/2020) malam.

Disebutkan, dari hasil kajian Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, dan berkoordinasi dengan bupati, kepala dinas yang membidangi perkebunan dan perdagangan, serta para eksportir di Aceh Tengah dan Bener Meriah, stok kopi hasil panen Maret-Juni 2020 yang belum terpasarkan akibat pandemi Covid-19 sebesar 8.762,7 ton. “Di Kabupaten Aceh Tengah sebanyak 1.660 ton, dan di Kabupaten Bener Meriah sebanyak 7.102,7 ton,” jelasnya.

Sedangkan panen raya pada bulan Oktober 2020 sampai dengan Januari 2021, kata A Hanan, diperkirakan produksi cherry coffee sebanyak 131.283.257 bambu setara 25.994,2 ton green coffee, dengan perincian produksi green coffee pada bulan Oktober sebanyak 5.199 ton, November 9.098 ton, dan Desember 7.798 ton, serta Januari 2021 sebesar 3.899 ton.

“Stok kopi arabika Gayo yang belum terpasarkan datanya sudah kita serahkan ke Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian RI beserta dengan data jumlah eksportir di dua kabupaten tersebut,” tutupnya.(bud)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved