Breaking News

Mihrab

Maulid dan Wujud Mahabbah kepada Rasulullah  

Pemerintah Aceh melalui Biro Keistimewaan dan Kesra Setda Aceh melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam 1442

Editor: bakri
IST
Dr Nurkhalis Mukhtar, Lc menyampaikan ceramah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H, di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (28/10/2020) Bakda Magrib. 

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh melalui Biro Keistimewaan dan Kesra Setda Aceh melaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam 1442 H di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Rabu (28/10/2020).

Peringatan Maulid ditengah pandemi ini, dilaksanakan dengan menerapkan protocol kesehatan. Ketua Al Washliyah Banda Aceh, Nurkhalis Mukhtar, Lc, dalam ceramahnya menjelaskan tentang cinta kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Ia menukilkan, sebuah kisah di manasuatu ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama para sahabatnya, datang ke majelis beliau seorang Arab Badui seraya bertanya kepada Rasulullah tentang kapan terjadinya kiamat.

Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jawaban yang menjadi alas an kenapa kita mesti mencintai dan mahabbah kepada Beliau. Rasul bertanya kepada sahabat yang berasal dari pedesaan itu mengenai bekal apa yang telah dipersiapkan untuk hari kiamat kelak.

Demi mendengar jawaban yang disertai pertanyaan penting dari Rasulullah, maka sahabat Arab Badui tersebut menyatakan, tidak banyak ibadah sunnah yang dimilikinya, bila dibandingkan dengan sahabat Rasulullah yang lain seperti Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib serta sahabat Rasul lainnya.

Tetapi sahabat pedesaan melanjutkan, hatinya penuh kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Serta merta Rasulullah menimpalinya dengan sabda beliau, “Seseorang bersama dengan siapa yang ia cintai”. Dikatakan, Mahabbah atau cinta kepada Rasulullah, merupakan bekal yang sangat utama di akhirat kelak.

Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Firman-Nya bahwa kecintaan kepada Allah baru terwujud apabila seseorang ittiba’/mengikuti ajaran Rasul-Nya. Bahkan Imam al-Ghazali dalam Mukhtashar Ihya’ menjelaskan betapa kedudukan mahabbah kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan puncak dari keutamaan sebuah ibadah.

Sehingga maulid yang saban tahun diperingati oleh umat Islam di berbagai penjuru dunia adalah salah satu perwujudan mahabbah dan cinta kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan, Abu Lahab diringankan Mazabnya pada setiap Hari Senin, karena ketika Rasulullah lahir Abu Lahab memerdekakan budaknya Tsuwaibah Aslamiyah yang kemudian menjadi ibu susuan Rasulullah sebelum disusui oleh Halimatussa’adiyah.

Padahal Abu Lahab seorang yang kafir dan celaan untuknya jelas dalam Al-Qur’an, dan tempat Abu Lahab di Neraka Jahim yang kekal abadi.

Hal ini sebagaimana diutarakan oleh ulama ahli hadis al Hafidz Syamsuddin ibn Nashiruddin Dimasyqi, “jika Abu Lahab yang telah jelas tempatnya di neraka sebagaimana bunyi Surat al Lahab, diringankan azabnya setiap hari Senin karena senang dengan kelahiran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka bagaimana gerangan dengan seorang muslim yang senang dengan lahirnya Rasulullah, dan meninggal dalam keadaan mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Nurkhalis menambahkanmengenai hukum merayakan maulid Nabi, para ulama dari berbagai mazhab sepakat membolehkannya. Ulama besar hadits al-Hafidh Ibn Hajar al-‘Ashqalani yang menghafal ratusan ribu hadits berpandangan bahwa perayaan maulid adalah bentuk ungkapan rasa syukur akan nikmat Allah yang telah dianugerahkan terhadap umat ini, sebagaimana firman-Nya “Sungguh Allah telah member karunia umat ini dengan mengutus di antara mereka seorang Rasul”.

Sedangkan al-Hafizh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi pengarang banyak kitab, memandang bahwa perayaan maulid Nabi sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Allah.

Disebutkan, Ummul mukminin Aisyah pernah ditanyakan mengenai akhlak Rasulullah, beliau menjawab, Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an. Maka mencontoh kemuliaan akhlak Rasulullah merupakan makna dari memperingati Maulid Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Nurkhalis mengatakan, bagi umat Islam di Aceh khususnya, momentum mauled Nabi adalah salah satu wujud mahabbah dan kecintaan kepada Rasulullah. “Mencintai Rasulullah Shalallahu ‘alaih iwa sallam dengan mengikuti jejaknya, mengenal kehidupannya serta berusaha semampu mungkin meneladaniakhlak dan kasih saying beliau demi mewujudkan masyarakat ideal yang berakhlak mulia”, demikian Nurkhalis. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved