Internasional
Pemimpin Hizbullah Ingatkan Sisa Tugas Trump Dapat Memicu Perang
Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan senang dengan kejatuhan yang memalukan Presiden AS Donald Trump.
SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan senang dengan kejatuhan yang memalukan Presiden AS Donald Trump.
Tetapi dia mendesak sekutu regional untuk waspada terhadap kebodohan AS atau Israel selama sisa masa jabatannya.
Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidatonya di televisi, menggambarkan pemerintahan Trump sebagai di antara yang terburuk,
Bahkan, jika bukan yang terburuk selama pemerintahan Amerika Serikat, lansir Reuters, Kamis (12/11/2020).
Dia mengatakan presiden baru tidak akan mengubah kebijakan pro-Israel di Timur Tengah.
Baca juga: Donald Trump Akan Menerima Hasil Pemilihan Presiden, Tetapi Tak Akan Pernah Menyerah, Siapkan 2024
Menggambarkan pemilu AS sebagai parodi demokrasi, dia menuduh Trump tidak memiliki batasan.
Dia mengatakan arogansi dan agresivitas pemerintahannya telah meningkatkan kemungkinan pecahnya perang.
Pemimpin Hizbullah yang didukung Iran mengatakan sangat senang atas hasil pemilihan AS.
Dia beralasan Trump telah memerintahkan pembunuhan jenderal tinggi Iran Qassem Soleimani.
"Dengan orang seperti Trump, segala sesuatu mungkin terjadi selama sisa masa jabatannya ...," katanya.
"Poros perlawanan harus dalam keadaan kesiapan tinggi untuk merespons dua kali lebih keras jika ada kebodohan Amerika atau Israel," kata Nasrallah, merujuk Iran di wilayah tersebut.
Baca juga: Pendukung Trump Terkemuka, Evangelis Jeffress Mengakui Kemenangan Joe Biden
Pemerintahan Trump telah memperluas sanksi terhadap Hizbullah, yang dianggap Washington sebagai kelompok teroris, dan sekutu Lebanonnya.
Sebagai bagian dari kampanye tekanan maksimum terhadap Iran yang meningkatkan ketegangan regional.
Nasrallah mengatakan sanksi AS yang dijatuhkan pekan lalu pada Gebran Bassil, menantu presiden Lebanon.
Atas tuduhan korupsi dan hubungan dengan Hizbullah adalah bagian dari upaya Washington menekan sekutu politik gerakan bersenjata itu.(*)
Baca juga: Joe Biden Menangkan Pilpres, Trump tak Terima Kalah, Begini Kondisi Politik di Amerika Saat Ini