Internasional

PM Ethiopia Abiy Ahmed Keluarkan Ultimatum ke Pemberontak Tigray, Waktunya Sudah Habis

Perdana Menteri (PM) Ethiopia Abiy Ahmed, Rabu (18/11/2020) mengatakan operasi militer terhadap pemberontak di wilayah utara Tigray sedang memasuki

Editor: M Nur Pakar
AFP/EDUARDO SOTERAS
Seorang wanita membawa bendera nasional Ethiopia dalam acara peringatan Hari Pertahanan Nasional di kompleks Perdana Menteri di Addis Ababa, Selasa (17/11/2020). 

Dalam sebuah posting Facebook, Abiy mengatakan operasi oleh pasukan federal hampir selesai.

"Tindakan kritis terakhir dari penegakan hukum akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang," kata perdana menteri.

Dia berterima kasih kepada pejuang TPLF yang, katanya, telah memanfaatkan tenggat waktu untuk beralih, tetapi dia tidak memberikan jumlahnya.

Abiy menambahkan bahwa pemerintahnya siap menerima dan menyatukan kembali sesama warga Ethiopia yang melarikan diri ke negara tetangga.

Baca juga: Pemerintah Ethiopia Siap Gelar Operasi Militer Terakhir, Menumpas Pemberontakan di Tigray

Sementara itu, penasihat TPLF Fesseha Tessema, mantan diplomat Ethiopia, mengatakan situs sipil di Mekelle dibom oleh pasukan federal.

"Penduduk Tigray tidak melakukan kesalahan apa pun, mereka berada di rumah mereka sendiri, di gereja," kata Fesseha.

Pemerintah federal membantah telah menargetkan warga sipil dan mengatakan bahwa serangan udara ditujukan pada militer Tigrayan.

Sementara, Badan pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan krisis kemanusiaan skala penuh sedang berlangsung dan ribuan orang telah melarikan diri dari pertempuran itu.

Badan PBB itu siaga untuk memberikan bantuan di Tigray ketika akses dan keamanan memungkinkan, kata juru bicara Babar Baloch.

"Mungkin ada pengungsian besar-besaran di dalam Tigray dan itu tentu saja menjadi perhatian," ujarnya.

"Kami mencoba mempersiapkan cara terbaik," kata Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

PBB khawatir jumlah yang melarikan diri dari Ethiopia mungkin hanya sebagian kecil dari mereka yang terpaksa meninggalkan rumah akibat pertempuran itu.

Tetapi untuk saat ini lembaga bantuan tidak memiliki akses ke wilayah Tigray.

Kekuatan regional Kenya dan Uganda telah menyerukan negosiasi untuk menemukan resolusi damai untuk konflik tersebut.

Namun, pemerintah Ethiopia mengesampingkan pembicaraan dengan TPLF.

Baca juga: Perang Tigray Terus Berkecamuk, Ribuan Warga Ethiopia Menyeberang Sungai ke Sudan

Sedangkan Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengatakan telah mengkonfirmasi puluhan orang.

Bahkan, kemungkinan ratusan orang ditikam atau dibacok sampai mati di kota Mai-Kadra pada Senin (9/11/2020) pekan lalu.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved