Internasional
Para Ibu Madagaskar Selatan: "Tidak Ada Makanan Lagi Untuk Anak-anak Kami"
Kelaparan melanda kawasan Madagaskar Selatan, sebuah objek wisata populer di Samudera Hindia.
Madagaskar Selatan berada di ambang bencana kemanusiaan, kata badan PBB tersebut.
Baca juga: Miris! Bocah Nyaris Tewas Kelaparan Setelah Dikunci di Rumah Penuh Kecoa, Sang Ibu Sibuk Foya-foya
Tiga dari empat anak di Distrik Amboasary di pusat krisis telah keluar sekolah untuk membantu orang tua mencari makanan.
Para petani mengatakan tidak dapat lagi bercocok tanam karena hujan tidak turun dan mereka telah berhenti beternak karena pencurian.
Beberapa penduduk desa mengatakan telah menjual harta paling dasar mereka, periuk, pakaian, buku catatan sekolah untuk membeli makanan.
Beberapa orang sekarang menebang pohon untuk membuat arang, mengakui itu memperburuk kekeringan tetapi mengatakan tidak punya pilihan jika ingin bertahan hidup.
Seorang ibu, Toharano, mengatakan empat dari 14 anaknya meninggal pada bulan Juni dan Juli.
“Siapa yang bisa mendukung untuk tidak makan di pagi, siang dan malam?” tanyanya dengan kondisi kelelahan karena kelaparan dan panas.
“Anak-anak bangun di malam hari dan lapar," ungkapnya.
Nama-nama yang tewas disimpan di buku catatan yang dipegang oleh kepala desa, Refanampy.
"Kami terbiasa kelaparan, tapi kali ini mengerikan ," katanya.
“Sebelumnya, tidak ada orang yang sekarat karena kelaparan di desa kami," tambahnya.
Sungai Mandrare, yang melintasi wilayah tersebut, kini mengering.
Masy Toasy (101) berjalan ke arah orang-orang yang menggali pasir untuk mencari air.
“Di sinilah kami mencoba menanam ubi jalar, tetapi semuanya mati,” kata gadis kecil itu.
Baca juga: Aksi Polantas Turun Tangan Bantu Mengatur Arus Lalu Lintas, Kala Banjir Landa Lhokseumawe
Di sisi lain sungai adalah sekolahnya, tetapi dia mengatakan orang tuanya telah menjual buku catatannya untuk membeli beras.