Puluhan Harimau dan Gajah Mati

103 ekor gajah konflik dengan masyarakat, 10 ekor diantaranya berujung kematian," terang Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh

Editor: bakri
SERAMBINEWS.COM/ MUHAMMAD NAZAR
Seekor gajah jantan mati terjerat perangkap babi Gle Cut Gampong Tuha Lala, Kecamatan Mila, Pidie. 

*  Konflik dengan Manusia

BANDA ACEH - Hingga Senin (21/12/2020), 10 ekor gajah dan 35 ekor harimau Sumatera di Aceh mati, akibat berkonflik dengan manusia. "103 ekor gajah konflik dengan masyarakat, 10 ekor diantaranya berujung kematian," terang Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto, kepada Serambi, Senin (21/12/2020).

Dikatakan, 10 ekor gajah yang mati terdiri dari gajah jantan, betina dan anak gajah. Sedangkan pada tahun 2019, tiga ekor gajah yang mati. Gading gajah-gajah yang mati pada tahun ini semuanya dapat diselamatkan oleh pihak BKSDA Aceh.

Sementara itu, gajah yang mati satu ekor di tahun 2020 berasal dari Pidie, Aceh Jaya 5 ekor dan daerah lainnya yang diduga terkena arus listrik dan penyebab konflik lainnya. Sedangkan,  tahun 2019, gajah konflik dengan masyarakat sebanyak 107 ekor dan konflik gajah kali ini menurun bila dibandingkan tahun 2020. Dan, kawanan gajah itu berasal dari Pidie, Aceh Utara, Pidie Jaya, Aceh Timur.

Sementara itu, BKSDA Aceh menangani 35 kasus konflik harimau dengan masyarakat. Sebelumnya, pada tahun 2019, konflik masyarakat dengan harimau hanya sekitar 20 kasus. Tahun ini meningkat konflik harimau dengan masyarakat. "35 harimau konflik dengan masyarakat di Subulussalam, Aceh Selatan, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Takengon, dan Aceh Tamiang," ujar Agus Arianto.

Dikatakan, konflik satwa liar jenis harimau dengan masyarakat akibat habitatnya terganggu, hewan peliharaan dilepas sehingga merangsang binatang buas itu untuk memangsanya, perambahan hutan atau illegal logging, serta suara chainsaw. Konflik harimau dengan masyarakat menyebabkan satu ekor harimau mati di Aceh Selatan diduga akibat diracun.

Menurut Agus Arianto, untuk mengatasi konflik harimau dengan masyarakat adalah solusinya  mengedepankan pembentukan tim penanggulangan konflik satwa liar yang melibatkan dari unsur Forkompimda seperti yang telah dilakukan Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang melibatkan masyarakat dan seluruh lintas sektoral untuk bersama-sama melakukan penanganan konflik masyarakat dengan satwa liar tersebut.

"Kita tetap mendorong seluruh lintas sektor berperan aktif melakukan penanganan konflik antara masyarakat dengan satwa liar sehingga konflik itu bisa berkurang," ujarnya.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto menambahkan, konflik gajah dengan masyarakat selama ini akibat habitat gajah terganggu dikarenakan daerah lintasan gajah menjadi pemukiman warga, akibat praktek illegal logging maupun pembukaan lahan perkebunan masyarakat serta suara berisik dari dalam hutan membuatnya terganggu.

Untuk mengatasi konflik harimau dan gajah serta satwa liar dengan masyarakat, menurut Agus Arianto, harus melibatkan semua lintas sektor untuk bersama-sama menangani gajah tersebut sehingga gajah ini bisa dihalau kembali ke habitatnya sehingga lahan masyarakat tidak diganggu.(as)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved