Berita Banda Aceh

Pelopor Ini Ubah Budaya Cari Tiram Jadi Budidaya Tiram di KBA Bekas Tsunami Hingga Hasilkan Produk

Untuk menjalankan program ini, Astra menggandeng Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Unsyiah Aceh di Banda Aceh.

Penulis: Mursal Ismail | Editor: Mursal Ismail
Dokumen Ichsan Rusydi
Penggerak Kampung Berseri Astra (KBA) Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Ichsan Rusydi, melihat panen tiram yang sudah bersarang di ban rumah tiram 

Pasalnya kini melalui rumah tiram, terbukti lebih mudah dan hasilnya jauh lebih banyak.

Rumah tiram adalah teknologi sederhana terbuat dari pipa dan cor beton di dalamnya serta keranjang.

Kemudian pakai ban mobil bekas sebagai tempat bersarang tiram, sehingga dalam waktu yang terus menerus tiram berkembang biak di sarangnya ini.

Hanya dalam waktu beberapa hari sudah bisa dipanen secara terus menerus.

Selain jumlahnya banyak, tiram ini pun tinggal diambil di sarangnya itu, tanpa harus dicari lagi. 

Ichsan mengakui bisa saja rumah tiram itu dibuat lebih sederhana lagi menggunakan bambu atau bukan pakai pipa yang dicor beton di dalamnya ini.

Tetapi jika menggunakan bambu, maka rumah tiram itu paling hanya bisa bertahan 2-3 tahun saja.

“Sedangkan jika menggunakan pipa yang dicor beton di dalamnya, bisa bertahan lebih lama atau permanen.

Teknologi sederhana ini juga mudah dikembangkan dan hasilnya tentu jauh lebih banyak dibandingkan cara tradisional.

Harapannya tiram yang sudah banyak, tak hanya bisa dijual siap panen saja.

Tetapi juga bisa disimpan dan dikembangkan untuk berbagai produk olahan seperti kerupuk, saos, dan cangkang tiram untuk pakan ternak,” kata Ichsan kepada Serambinews.com, Rabu (23/12/2020).

Lebih dari itu, pembuatan teknologi rumah tiram ini didasari rasa kemanusiaan dan kesehatan, termasuk bagi yang mengonsumsi makanan itu.

Artinya, dengan teknologi sederhana ini, tiram yang dihasilkan terbebas dari logam berat karena tehnik pengembangan budidayanya di permukaan perairan.

Baca juga: Capella Honda Perkenalkan All New Honda Scoopy, Ini Fitur-fitur Terbaru

Tempat budidaya ikan lele sistem bioflok bantuan PT Astra untuk warga Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh sebagai desa Kampung Berseri Astra (KBA)
Tempat budidaya ikan lele sistem bioflok bantuan PT Astra untuk warga Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh sebagai desa Kampung Berseri Astra (KBA) (Dokumen Ichsan Rusydi)

Awalnya didanai LPSDM Aceh

Untuk menjalankan program ini di Desa Tibang dan Alue Naga, mereka pun meminta dukungan Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh.

Tidak sulit meyakinkan lembaga Pemerintah Aceh itu, pasalnya di dalamnya sudah ada Tgk Jamaica yang juga memiliki keahlian budidaya tiram dengan cara modern ini. 

Oleh karena itu, LPSDM Aceh pun mendanai program pemberdayaan masyarakat pesisir itu yang dilakukan Ichsan cs.

“Rumah tiram di waduk dalam kedua desa itu pun kami buat.

Alhamdulillah berhasil, para pencari tiram yang dulu bekerja tradisional, mulai merasakan manfaat melalui cara yang sedikit modern ini.

Panen perdana ketika itu dihadiri Bapak Muzakir Manaf atau Mualem selaku Wakil Gubernur Aceh ketika itu,” kata Ichsan.

Kemudian, pada tahun 2016, kata Ichsan, mahasiswa yang bergabung dalam program ini mendaftar kisah inspiratif tentang rumah tiram ini ikut lomba Semangat Astra Terpadu (SATU) atau SATU Indonesia Award (SIA).  

Lomba ini dilaksanakan PT Astra untuk memberi penghargaan kepada pemuda-pemudi inspiratif dari seluruh Indonesia yang usia maksimal 35 tahun.

Even tahunan yang sudah berlangsung sejak tahun 2010 ini untuk kategori kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi, dan kelompok.

Ichsan mengaku dirinya ketika itu kurang mengerti tentang lomba yang digelar PT Astra ini.

“Selain itu, sejak awal kita pun membuat ini murni untuk pemberdayaan masyarakat, sama sekali tak terpikir untuk dapat penghargaan,” kata Ichsan.

Ichsan menyebutkan awalnya lomba ini diikuti 2.341 kisah inspiratif se-Indonesia, baik kisah inspiratif pribadi maupun kelompok seperti dirinya. 

Tetapi kemudian tersisa 24 hingga mengerucut lagi menjadi 12 yang diundang Tim Astra ke Jakarta untuk mempresentasikan program.

“Alhamdulillah program rumah tiram ini terpilih enam besar, kenapa terpilih, tentu dewan juri yang lebih tahu,” kata alumnus Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta ini. 

Baca juga: Mau Pesan Mobil, Cukup Klik Astra Daihatsu Mobile

Rumah pengolahan tiram binaan Kotaku di KBA Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh
Rumah pengolahan tiram binaan Kotaku di KBA Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh (Dokumen Ichsan Rusydi)

Alue Naga Jadi KBA 

Ichsan mengatakan agar penghargaan itu tak berhenti untuk dirinya saja, ia menerima tawaran PT Astra menjadikan Desa Alue Naga Kampung Berseri Astra (KBA).

Sebagaimana Program KBA lainnya se-Indonesia, KBA di Desa Alue Naga juga untuk pilar pendidikan, kesehatan, lingkungan dan kewirausahaan.

Oleh karena itu, program ini berupa penyerahan beasiswa kepada siswa hingga pemberdayaan nelayan dengan membeli alat tangkap, termasuk untuk budidaya tiram melalui rumah tiram.

Kemudian penyerahan bantuan sarana dan prasarana budidaya ikan lele sistem bioflok.

Astra menggandeng Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Unsyiah untuk menjalankan kerja sama ini sejak 2017 dan masih berlangsung hingga kini.

Turut hadir saat kick off KBA di Alue Naga pada tahun 2017 itu antara lain Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman.

Kemudian Head of Environment dan Social Responsibility PT Astra International Tbk, Riza Deliansyah.

Baca juga: Toyota Yaris Uji Tabrak, Raih Bintang 5 Euro NCAP

Gapura Kampung Berseri Astra (KBA) saat memasuki Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh
Gapura Kampung Berseri Astra (KBA) saat memasuki Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh (Dokumen Ichsan Rusydi)

Sedangkan desa tetangga Alue Naga, yaitu Desa Tibang tak masuk dalam Program KBA karena desa ini sudah menjadi desa binaan BNI melalui hutan kota.  

Meski dibantu melalui pembinaan, Ichsan mengaku awalnya juga mengalami tantangan tersendiri saat meyakinkan masyarakat pesisir ini untuk program tersebut.

Apalagi, pembinaan untuk semua Program KBA ini tidak menyerahkan uang, melainkan pemberdayaan nelayan dan keluarganya itu dalam bentuk pelatihan.

Misalnya pelatihan budidaya tiram melalui rumah tiram, pengolahan produk tiram dan ikan, serta pembelian alat tangkap nelayan. 

Sedangkan dalam bentuk uang hanya beasiswa. 

“Bahkan ketika itu, ada tokoh agama di Banda Aceh juga agak sedikit ragu dengan Program Astra ini, mungkin karena khawatir ada maksud apa-apa.

Kemudian, saya bertanya kepadanya, Teungku pakai sepeda motor apa? Dijawabnya Honda, kemudian saya bilang, Honda itu bagian dari Astra.

Dari keuntungan penjualan ini, mereka (Astra) berbagi melalui program kepedulian sosial mereka kepada masyarakat, salah satunya melalui KBA.

Jadi tak ada maksud apa-apa selain pemberdayaan ekonomi masyarakat, tetapi jika tak bersedia tak apa-apa, bisa saya usul geser ke desa lain.

Kemudian sang Teungku ini pun menerima dengan baik program ini di Alue Naga dan juga berhasil meyakinkan warga,” kata Ichsan mengenang kejadian itu. 

Singkatnya, kata Ichsan, Program KBA kini sudah berjalan baik selama empat tahun di Desa Alue Naga, termasuk untuk bidang penataan lingkungan dan kesehatan warga. 

Baca juga: Toyota Segera Luncurkan Fortuner Facelift, Lebih Sporty dan Bergaya

Pengemasan kerupuk tiram asal Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh
Pengemasan kerupuk tiram asal Desa Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh (Dokumen Ichsan Rusydi)

Sudah hasilkan produk

Bahkan yang paling berdampak positif dalam Program KBA di Desa Alue Naga ini adalah bidang kewirausahaan.

Ibu-ibu yang dulu pencari tiram secara tradisional dan hanya menjualnya siap panen, kini juga sudah berhasil membuat berbagai produk olahan dari tiram.

Misalnya, kerupuk, nugget, dan kaki naga. Semua produk ini sudah mulai dipasarkan.

“Memang saat ini ibu-ibu itu mengaku masih terkendala pemasaran.

Oleh karena itu, kami juga akan membantu pemasaran produk mereka.

Mulai proses pengemasaan yang lebih rapi hingga penjualan ke pasar moderen, seperti Suzuya, Indomaret, dan lain-lain, sampai penjualan online.

Untuk teknis pemasaran online, nanti juga akan dibantu oleh adik-adik mahasiswa FKP Unsyiah yang belajar mata kuliah ini dari saya.

Kami berani mempromosikan tiram dan berbagai produknya dari Alue Naga karena tiram di sini masih bisa dikategorikan steril lantaran tak ada limbah industri," ujar Ichsan.

Ichsan mengaku yang lebih membanggakan lagi, kini Alue Naga dikenal sebagai desa budidaya sekaligus memproduksi berbagai produk olahan berbahan tiram.

Hal ini menjadi perhatian berbagai pihak lain untuk ikut juga membantu pengembangannya.

Maka tak heran, kini juga sudah banyak lahir rumah tiram di Desa Alue Naga, misalnya bantuan Pemko Banda Aceh.

Bahkan melalui Program Kotaku, sejak 2019 sudah ada Rumah Produksi Pengolahan Tiram di Alue Naga yang rencananya aktif tahun 2021.

Hal ini seiring sudah tertunda setahun pada 2020 karena pandemi Corona.

“Jadi yang paling membanggakan kami, Astra menjadi peletak pondasi sosial dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Alue Naga.

Terutama melalui budidaya dan pemanfaatan tiram yang diikuti bantuan berbagai pihak lainnya,” kata Ichsan.

Begitulah kisah inspiratif, Ichsan Rusydi, pelopor yang mengubah budaya cari tiram jadi budidaya tiram di KBA bekas tsunami Aceh hingga menghasilkan ragam produk olahan. 

Baca juga: Toyota Innova Facelift dan Fortuner Tinggal Tunggu Hari, Ini Spesifikasinya

Berharap Astra bantu cetak kemasan

Dikonfirmasi Serambinews.com secara terpisah, Maryati S (45), seorang warga Alue Naga mengatakan dirinya hingga kini masih memproduksi kerupuk tiram.

Namun, diakuinya selama pandemi Covid-19 tahun 2020 ini, kerupuknya itu tak ia titip lagi di swalayan-swalayan di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Pasalnya penjualannya sepi. Maryati mengatakan kerupuknya itu yang sudah diberi merek Sinar Naga dijual dalam kemasan plastik kecil ukuran 1 ons Rp 10 ribu.

Kemudian dalam plastik 2 ons Rp 20 ribu dan satu kilogram Rp 80 ribu.

“Selama pandemi Corona ini, saya memproduksinya sangat terbatas.

Misalnya kalau ada yang pesan 5 kilogram, maka saya produksi 10 kilogram saja untuk stok sedikit.

Biasanya ada Ibu Eti dari PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu) UMKM Aceh yang pesan kerupuk saya.

Beliau untuk jual lagi, mungkin jual sebagai oleh-oleh khas Aceh,” kata Maryati.

Perempuan yang akrab disapa Kak Mar ini mengakui pernah mendapat bantuan alat jemur kerupuk ini dari Astra.

Bahkan, kata dia, Astra juga ikut mempromosikan pemasaran kerupuknya dalam setiap even mereka di Medan, Jakarta, Malang, dan Kalimantan.

“Terimakasih saya ucapkan kepada pihak Astra. Sebelum pandemi Corona, Pak Ichsan juga sering minta bantu mahasiswanya untuk menjual produk saya ini,” kata Maryati.

Maryati berharap jika Astra masih bersedia membantu, maka yang paling penting menurutnya adalah cetak kemasan, sehingga harga kerupuk pun bisa diturunkan lagi.

Baca juga: Capella Honda Adakan Spesial Diskon Service Hingga 31 Desember 2020

Honda Scoopy menjadi salah satu skutik terlaris di Indonesia
Honda Scoopy menjadi salah satu skutik terlaris di Indonesia (AHM)

Orang Aceh sebut sepeda motor Honda, pakai mobil Toyota

Di luar kisah ini semua, tanpa bermaksud berlebihan, ada sedikit yang unik dari sebagian masyarakat Aceh dari dulu hingga kini.

Sebagian masyarakat Aceh menyebut sepeda motor adalah Honda, bukan motor atau sepeda motor.

Artinya sepeda motor, ya Honda. Meski tanpa penelitian, hal ini disebabkan sejak dulu masyarakat Aceh umumnya menggunakan sepeda motor jenis Honda.

Contoh sepeda motor jenis Honda yang umumnya dipakai masyarakat Aceh zaman dahulu, Astrea Grand, Astrea Prima, Super, dan lain-lain.

Sedangkan sepeda motor umumnya masyarakat Aceh saat ini, mulai Honda Beat, Vario, Scoopy, hingga PCX .

Maka tak heran, hingga kini seakan Honda tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Aceh.

Apa pun sepeda motornya seakan yang disebut Honda, termasuk saat pengumuman setengah resmi sekalipun.

Misalnya seusai shalat Jumat, terkadang terdengar pengumuman dari pengurus masjid bunyinya seperti ini.

“Bagi Anda yang merasa kehilangan kunci Honda, maka segera menjumpai panitia masjid,” demikian bunyi pengumuman itu.

Sedangkan mobil di Aceh umumnya jenis Toyota, mulai mobil 'sejuta umat' jenis Avanza hingga mobil mewah, seperti Camry dan Alphard.

Kesan yang sudah terbangun, mobil Toyota lebih tahan, sparepart-nya mudah dan murah.

Kemudian mobilnya pun lebih mudah dijual dengan harga tak terlalu murah atau biasa disebut lebih purnajual.

Sedangkan mobil jenis Daihatsu, mulai Ayla, Sigra, Xenia, Terios, dan lain-lain, jumlahnya di Aceh juga banyak, meski belum sebanyak mobil jenis Toyota. 

Pasalnya, semua mobil jenis Daihatsu ini, sangat mirip dengan mobil jenis Toyota, juga berkualitas sama dengan Toyota, tetapi malah lebih murah dibanding mobil Toyota.

Orang-orang atau konsumen, termasuk di Aceh juga sudah tahu, bahwa Toyota dan Daihatsu di bawah satu induk perusahaan besar PT Astra, sehingga sparepart-nya juga mudah dan murah.

Oleh karena itu, mobil jenis Daihatsu pun juga lebih mudah ketika dijual nanti dengan harga yang tidak terlalu menurun. (*)   

Data diri Ichsan Rusydi 

Nama: Ichsan Rusydi S.St.Pi, MP

Tempat/Tanggal Lahir: Peudada, Kabupaten Bireuen, Aceh/24 Desember 1986

Status: Menikah

Alamat: Lr Dahlia Nomor 114 Perumahan Ajuen, Desa Lam Hasan, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar

Email: san_indonesia@ymai.com

Pendidikan formal

1.      Universitas Brawijaya Malang lulusan 2013

2.      Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta lulusan tahun 2008

3.      Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Aceh lulusan tahun 2004

4.      Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Peudada tahun 2001

5.      Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Peudada tahun 1998

Pendidikan nonformal

1.      Akta Mengajar di PPGK Unsyiah, Aceh tahun 2010

2.      SOI ASIA COURSE CERTIFICATIONS di Tokyo University Of Marine Science and Technology tahun 2012

Pelatihan/seminar/lokakarya/workshop

1.      Sertifikat Ahli Teknika Kapal Perikanan Tingkat II di SUPM Ladong dan Kemenhub RI tahun 2004

2.      Pendidikan bela negara di STP Jakarta/Rindam Jaya tahun 2004

3.      Sertifikat Ahli Teknika Kapal Perikanan Tingkat I di SUPM Ladong dan Kemenhub RI tahun 2007

4.      Basic Safety Training di STP Jakarta tahun 2007

5.      Dan lain-lain

Penghargaan

1. PT Astra International TBK tahun 2016

Organisasi

1. Wakil ketua KNPI Bireuen Bidang Kelautan dan Perikanan

2. Wakil Ketua Karang Taruna  Aceh Bidang Kelautan dan Perikanan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved