Penanganan Covid 19
450 Juta Warga Eropa Mulai Mendapat Suntikan Vaksin Covid-19, Lansia Jadi Prioritas
Program vaksinasi massal mulai diluncurkan di seluruh Uni Eropa pada Minggu (27/12/2020). Setelah beberapa negara melaporkan kasus varian baru virus
SERAMBINEWS.COM, BRUSSELS - Program vaksinasi massal mulai diluncurkan di seluruh Uni Eropa pada Minggu (27/12/2020).
Setelah beberapa negara melaporkan kasus varian baru virus Corona yang lebih menular.
Pada apa yang oleh beberapa orang dijuluki "V-Day," Jerman, Prancis, Italia, Portugal dan Spanyol memulai penyuntikan vaksin Covid-19.
Dimulai dengan petugas kesehatan dan yang paling berisiko tertular penyakit tersebut, seperti dilansir NBC News, Senin (28/12/2020).
Kampanye vaksinasi terkoordinasi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di Uni Eropa.
Baca juga: Oman Batalkan 300 Lebih Penerbangan, Cegah Masuknya Virus Corona Ganas dari Inggris
Rumah bagi hampir 450 juta orang, sebagai langkah penting dalam mengekang pandemi global.
Di Italia, dosis pertama vaksin yang dikembangkan oleh produsen obat Amerika Pfizer dan mitra Jermannya BioNTech telah diberikan.
Khususnya kepada lima petugas kesehatan di Lazzaro Spallanzani National Institute for Infectious Diseases Roma.
Mereka telah berada di garis depan dalam perang melawan Covid-19 sejak awal pandemi.
"Hari ini akhirnya hari yang baik," kata tsar virus negara itu, Domenico Arcuri dalam konferensi pers.
"Kami melihat cahaya di ujung terowongan," jelasnya
Tetapi dia memperingatkan orang-orang harus tetap berhati-hati dan bertanggung jawab.
Karena Italia, yang telah mencatat jumlah kematian tertinggi di Eropa dengan 72.000 orang masih memiliki jalan panjang untuk berakhir.
Sebanyak 9.750 dosis vaksin, yang lolos dari regulasi di Eropa awal pekan ini, telah tiba di negara itu sejauh ini untuk didistribusikan di 20 wilayahnya, kata kementerian kesehatan negara itu.
Secara keseluruhan, 27 negara Uni Eropa telah mencatat hampir 15 juta infeksi virus Corona dan lebih dari 353.000 kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins.
Lebih dari 1,7 juta orang telah meninggal di seluruh dunia.