Breaking News

Internasional

Rekan Utama Pemimpin Oposisi Rusia Dibebaskan dari Tahanan, Merinci Keracunan Alexei Navalny

Seorang rekan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dibebaskan dari tahanan pada Minggu (27/12/2020).

Editor: M Nur Pakar
AP
Aktivis oposisi Rusia Lyubov Sobol berbicara di telepon saat polisi berjaga di kantor Yayasannya, Mosko, Rusia, pada Sabtu (26/12/2020). 

SERAMBINEWS.COM, MOSKOW - Seorang rekan pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dibebaskan dari tahanan pada Minggu (27/12/2020).

Dia didakwa melakukan pelanggaran setelah memasuki gedung apartemen petugas keamanan.

Secara tidak sengaja mengungkapkan rincian dugaan keracunan Navalny dengan agen saraf era Soviet.

Lyubov Sobol, tokoh kunci di Yayasan Anti-Korupsi Navalny, ditahan selama 48 jam pada Jumat (25/12/2020) setelah seharian diinterogasi.

Langkah itu menyusul upaya Sobol pada Senin (21/12/2020) untuk memasuki apartemen Moskow yang diduga tempat agen saraf ditemukan dan dituduh melakukan penipuan atas keracunan.

Sobol dan sekutunya membantah tuduhan tersebut dengan menyatakan dia tidak melanggar hukum dengan membunyikan bel pintu apartemen.

Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny
Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny (AFP)

Baca juga: Pesawat Pembom Rusia dan China Terbang Bersama, Melakukan Patroli di Pasifik

Saat Sobol diinterogasi, Komite Investigasi negara mengeluarkan pernyataan yang menuduhnya melakukan pelanggaran dengan kekerasan.

Dilansir AP, Senin (28/12/2020), sebuah tuduhan kriminal yang bisa membawa hukuman hingga dua tahun penjara.

Tak lama setelah dibebaskan dari penahanan Sobol mengatakan kepada wartawan telah secara resmi didakwa.

Dia bersikeras kasus terhadapnya adalah balas dendam pada Navalny.

Pada Senin (28/12/2020) Navalny merilis rekaman panggilan telepon yang katanya dia lakukan denan seorang pria yang dia identifikasi sebagai Konstantin Kudryavtsev.

Digambarkan sebagai anggota yang diduga dari sekelompok petugas Layanan Keamanan Federal, atau FSB, yang konon meracuninya dengan agen Novichok pada Agustus 2020.

Lalu, mencoba menutupinya.

Baca juga: Rusia dan Rwanda Cegah Upaya Kudeta di Republik Afrika Tengah

Navalny, yang menjalani pemulihan di Jerman, mengatakan menelepon pria itu beberapa jam sebelum kelompok investigasi Bellingcat merilis laporan.

Menuduh operator FSB dengan pelatihan khusus dalam senjata kimia mengikutinya selama bertahun-tahun dan berada di sekitarnya ketika dia diracuni.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved