Islamic Art
Jejak Aceh di Masjid Nusantara
Guntomara telah lama berperan dalam memberikan pelatihan kaligrafi di seluruh Aceh baik untuk guru, peserta MTQ, pelajar/santri dan masyarakat umum.
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Owner Guntomara Islamic Art and Architecture, Said Husain Bahesty memberikan sentuhan yang berbeda dan menarik pada setiap desain yang dihasilkan untuk memperindah dinding, kubah, plafond, pintu, tiang, dan berbagai sisi interior serta eksterior masjid.
Selaku seorang Arsitek, ia menggabungkan Islamic Art, kaligrafi serta ornamentasi khas aceh pada setiap karyanya yang dikemas secara apik.
Karya-karyanya itu bisa dilihat pada setiap Masjid Agung yang ada hampir di seluruh kabupaten/kota di Aceh.
Antaranya, Masjid Agung Sabang, Masjid Oman Banda Aceh, Masjid Agung Jantho Aceh Besar, Masjid Abu Beureueh Beureunuen, Masjid Giok Nagan Raya. Kemudian Masjid Agung di Pidie Jaya, Masjid Agung Bireuen, serta juga Gapura di Bireuen.
Selain itu, di Masjid Raya Baiturrahman juga terdapat hasil karya dari Guntomara yaitu cetakan kaligrafi plat kuningan ketok bermotif pintu kakbah yang terdapat di mihrab masjid kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.
“Di Masjid Raya itu pada masa almarhum Bang Rabadian, ia mengganti yang sebelumnya dipilih dibuat tiga desain oleh beliau. Pada masa itu Gubernur Doto Zaini, dan Doto Zaini pilih yang sekarang dan dilakukan oleh senimannya Guntomara,” kata Said Husain saat menjadi narasumber dalam Program Serambi Podcast Edisi Bincang Sosok, Kamis (7/1/2021).
Dalam program yang disiarkan langsung melalui Facebook Serambinews.com ini mengangkat tema “Mencetak Jejak Aceh di Masjid Nusantara”.
Selain itu, pihaknya juga mengerjakan desain untuk Masjid di Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbih), Kota Medan yang memadukan nuansa melayu dan aceh, serta desain untuk Masjid di Tapanuli Selatan.
“Di Tapanuli Selatan masjidnya itu di atas bukit memang menjulang. Desain interior dan eksteriornya kita yang kerjakan. Ornamen Islam dipadu dengan unsur lokal dari Tapanuli. Jadi masjid ini betul-betul mencerminkan Islam masuk ke Tapanuli, dari ornamentasinya itu sudah berbicara,” sebut alumnus Arsitektur Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini.
Baca juga: Besok, Abu Bakar Baasyir Bebas, Dijemput Anak, Pengacara, dan Tim Dokter, Langsung Dibawa ke Solo
Baca juga: Modus Ajak Jalan, Buruh Harian Lepas Rudapaksa Anak di Bawah Umur, Pelaku Ditangkap di Rumahnya
Baca juga: Warga tak Pakai Masker Kena Sanksi Menyapu Jalan di Nagan Raya
Baca juga: Kongres Akhirnya Mengesahkan Kemenangan Joe Biden Atas Donald Trump
Tidak hanya itu, pada saat pelaksanaan MTQ Aceh ke-34 di Pidie, Said Husain menjadi sosok apiknya desain dari MTQ tersebut sehingga membuat kagum banyak orang.
Said Husain merupakan anak bungsu dari 10 bersaudara dengan ayah bernama Said Ali Abdullah yang merupakan seorang seniman, da’i, sastrawan dan sejarawan.
Guntomara “The Kingdom of Art” merupakan sebuah lembaga seni yang didirikan pada tahun 1948 oleh ayahnya atau yang biasa disapa waled oleh anak-anaknya.
Beberapa anaknya yang juga seniman lukis, kaligrafer, dan arsitek yaitu Said Rabadian (Alm), Said Akram (seniman kontemporer nasional), Said Muniruddin (dewan hakim kaligrafi), dan Said Husain.
Nama terakhir Said Husain ini telah membawa Guntomara pada level lebih komplit.