Internasional

Penegak Hukum AS Berjuang Mengidentifikasi Penyerbu Gedung Capitol, Khawatirkan Pelantikan Biden

Penegak hukum AS, baik federal maupun lokal berupaya mengidentifikasi pelaku kerusuhan di Capitol AS, Washington DC pada Rabu (6/1/2021).

Editor: M Nur Pakar
The New York Times
Pasukan Garda Nasional berpatroli di sekeliling Gedung Capitol di Washington pada Kamis (7/1/2021) 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Penegak hukum AS, baik federal maupun lokal berupaya mengidentifikasi pelaku kerusuhan di Capitol AS, Washington DC pada Rabu (6/1/2021).

Mereka telah melakukan puluhan penangkapan sehubungan dengan pelanggaran Capitol dan pelanggaran jam malam.

"Ada kekhawatiran, ekstremis brutal menjadi berani dengan pelanggaran Capitol," kata Frank Figliuzzi, mantan asisten direktur FBI dan analis keamanan NBC News pada Sabtu (9/1/2021).

Dia mengatakan waktu terus berdetak untuk menghapus hasutan paling berpengaruh dari kekerasan sebelum mereka bertindak lagi.

Secret Service, yang mengawasi pengamanan pelantikan Joe Biden, tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.

Baca juga: Ekstremis Sayap Kanan Pendukung Trump Bersenjata Berjanji ke Washington Saat Pelantikan Joe Biden

Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang mengawasi Dinas Rahasia, merujuk NBC News ke Dinas Rahasia.

Menurut National Park Service, yang menangani izin unjuk rasa di Washington DC, ada tujuh permohonan izin Amandemen Pertama dalam proses yang tumpang tindih dengan tanggal pelantikan.

Salah satunya jelas untuk para pendukung Donald Trump.

Megan Squire, profesor ilmu komputer di Elon University dan seorang rekan senior di Southern Poverty Law Center yang melacak ekstremisme online, mengatakan Donald Trump tidak hadiri pelantikan.

Dikatakan, para ekstremis akan fokus pada Joe Biden.

“Pada 6 Januari energi mereka terfokus pada Kongres," kata Megan.

"Pada tanggal 20, energi mereka akan difokuskan pada Biden," tambahnya.

"Itu mengkhawatirkan terutama karena mereka tidak menyesal atau malu," ujarya.

"Saat ini kelihatannya tidak bagus,” katanya.

Baca juga: Donald Trump Percaya Pendukung Fanatik Terus Bersamanya, Siap Maju Lagi 2024

Megan Squire telah mengumpulkan brosur 10 aksi unjuk rasa yang direncanakan pada 17 Januari 2021.

Diselenggarakan oleh anggota gerakan milisi sayap kanan yang menyebut diri mereka "Bugaloo bois".

Mereka muncul tahun lalu muncul di rapat umum yang menyerukan perlindungan hak Amandemen Kedua.

Kelompok tersebut telah berada di radar penegak hukum untuk aktivitas anti-pemerintah.

Yang paling memprihatinkan adalah kegembiraan yang diekspresikan secara online oleh para akselerasionis.

Beberapa gerakan supremasi kulit putih yang paling kejam dan ekstrem yang percaya akan ada perang ras yang akan datang.

“Secara keseluruhan, sistem kekuatan mengalami pukulan besar kemarin,” tulis seseorang di ruang obrolan Telegram yang disukai oleh para akselerasionis.

“[Akselerasionis] sangat senang dan berbicara tentang bagaimana mengeksploitasi keluhan," kata Megan.

"Mereka berada di grup Telegram yang sangat bersemangat tentang itu,” tambahnya.

Baca juga: Donald Trump Bersikeras tak Melakukan Kesalahan dan Mengutuk Kerusuhan di Capitol AS

Hanya karena presiden baru akan dilantik, menurut Presiden ADL Jonathan Greenblatt, tidak berarti ekstremis pro-Trump akan luntur.

"Konspirasi, narasi tak berdasar dari pemilihan yang dicuri akan terus menghidupkan para ekstremis untuk beberapa waktu mendatang," katanya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved