Kepala BPOM: Vaksinasi Covid-19 Bisa Dihentikan Jika Ada Indikasi Dampak Serius

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan vaksinasi Covid-19 dapat saja dihentikan atau disetop jika ditemukan indikasi

Editor: Faisal Zamzami
istimewa/Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito saat jumpa pers di Kantor Presiden, Selasa(1/9/2020). 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan vaksinasi Covid-19 dapat saja dihentikan atau disetop jika ditemukan indikasi dampak serius setelah digunakan. 

Penny mengatakan pihaknya akan bertanggung jawab jika hal tersebut terjadi.

Namun, investigasi terkait kausalitas dari vaksin Covid-19 yang disuntikkan perlu dilakukan terlebih dahulu. 

"Jadi akan ada investigasi dikaitkan dengan kausalitasnya, apakah iya efek samping yang serius tersebut serious adverse effect yang terjadi," ujar Penny, dalam rapat kerja lanjutan dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1/2021).

Akan tetapi untuk melakukan investigasi, BPOM harus menerima laporan terlebih dahulu terkait adanya indikasi dampak serius. Baru setelahnya tim ahli dari komite Kejadian Pasca Imunisasi (KIPI) akan menginvestigasi.

 Penny mengatakan selama investigasi, vaksinasi dapat dihentikan jika ada indikasi dampak yang serius.

Bahkan blok bisa juga melakukan penarikan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA).

"Selama investigasi, diberhentikan dulu vaksinasinya. Apabila ditemukan, ya bisa ada penarikan, sampai paling beratnya sekali ya penarikan EUA," jelas Penny.

Namun Penny mengaku optimis bahwa Vaksin Sinovac yang saat ini mulai diberikan tak akan menimbulkan indikasi dampak serius.

Sebab, hasil uji klinis fase 3 di Bandung menunjukkan tak ada KIPI dengan indikasi serius yang dialami relawan  

"Berdasarkan data-data keamanan yang ada, fase 1, 2, dan 3, dengan tiga bulan ini, seharusnya tidak ada terjadi yang worst case situation," tandasnya.

Vaksin Sinovac Naikkan Kekebalan Tubuh hingga 23 Kali Lipat 

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito mengatakan Vaksin Sinovac dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus corona hingga 23 kali lipat. 

Hal itu diungkapkan Penny dalam rapat kerja lanjutan Komisi IX DPR RI dengan pihaknya dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. 

"Berdasarkan rata-rata hasil uji klinik di Bandung, itu naik sampai 23 kali. Sehingga bisa melindungi kita," ujar Penny, di Ruang Rapat Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1/2021).

Meski demikian, Penny tak menutup kemungkinan adanya penurunan tingkat kekebalan tubuh seiring waktu berjalan. 

Dia mengungkap bahwa relawan uji klinis fase 3 Vaksin Sinovac di Bandung tak mengalami penurunan tingkat kekebalan yang signifikan.

Berdasarkan penuturan Penny, standar minimal vaksin akan meningkatkan kekebalan terhadap virus hingga 4 kali lipat.

Dan selama tiga bulan uji klinis, diketahui orang yang tak lagi memiliki kekebalan minimal 4 kali lipat hanya berkurang 0,4 persen.

Penny pun akan terus memantau perkembangan kondisi relawan uji klinis di Bandung hingga 6 bulan pascavaksinasi untuk melihat persentase orang dengan tingkat kekebalan minimal 4 kali lipat. 

"Kita tunggu sampai nanti Maret atau 6 bulan (pascavaksinasi di Bandung), berapa persen. Kalau berdasarkan fase 1-2 di China masih 80 persen, jadi masih bagus, masih tinggi," tandasnya. 

Baca juga: Dua Penculik dan Pembunuh Fathan Mahasiswa Telkom Ditangkap Polisi, Sempat Minta Tebusan Rp 400 Juta

Baca juga: Mensos dan Dukcapil Kemendagri Rekam Data KTP-el Warga Marginal

Baca juga: Dukcapil Kemendagri Dukung Kemensos Selesaikan Perekaman Data KTP-el Warga Marginal

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jika Ada Indikasi Dampak Serius, Kepala BPOM Sebut Vaksinasi Bisa Dihentikan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved