Tradisi
Nikmatnya Bu Minyeuk, Sajian Khas Kenduri Maulid di Gampong Pulot
Di dalam masjid diatur idang sedemikian rupa sesuai jumlah kelompok tamu. Sambil menunggu jadwal makan kenduri, grup zikir melantunkan shalawat Nabi."
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Nasir Nurdin
lihat foto
Pesan itu berarti semua makanan (isi idang) harus habis. Kalau pun tak mampu dihabiskan, harus dibungkus dibawa pulang. Untuk itulah di setiap hidangan disediakan plastik kantong guna mengisi makanan yang tidak habis dimakan di tempat untuk dibawa sebagai tentengan. Keharusan membawa pulang makanan umumnya berlaku di setiap gampong.
Zulfakha didampingi Ketua Tuha Peut Gampong Pulot, Wiyadi menambahkan, maulid sudah menjadi agenda wajib yang diperingati setiap tahun oleh warga Pulot.
Melalui peringatan maulid, terjain silaturahmi yang lebih kuat. "Kami juga mengundang tamu-tamu dari luar, termasuk mitra kerja agar mereka bisa melihat langsung bagaimana tradisi dan kearifan lokal di desa kami," kata Wiyadi.
Baca juga: Pesawat dan Lumpur
Pulot merupakan salah satu gampong di Kecamatan Leupung yang paling hancur akibat tsunami 2004.
Kini sisanya tsunami masih tampak, salah satunya adalah Masjid Syuhada tempat maulid tersebut. "Selain luka dan derita yang diwariskan bencana tsunami, Pulot juga menjadi salah satu desa bersejarah. Di sini ada kuburan syuhada akibat tragedi pembantaian tahun 1955," lanjut Wiyadi didampingi Kepala Dusun Ujong Nasruddin dan Kaur Pemerintahan Gampong Pulot Firmansyah.
Wiyadi selaku Ketua Tuha Peut Gampong Pulot sangat berharap perhatian pemerintah dan berbagai pihak lainnya untuk ikut peduli terhadap Gampong Pulot yang masih sangat tertinggal dalam pembangunan.
"Masjid As-Syuhada ini yang kami bangun sejak pascatsunami hingga kini belum juga selesai. Begitu juga pemugaran situs sejarah berupa makam syuhada sangat berharap uluran tangan," demikian Ketua Tuha Peuet Gampong Pulot, Wiyadi. (Muhammad Nasir/Serambinews.com)
