BMKG Ungkap Penyebab Utama Tanah Bergerak di Kuta Cot Glie, Aceh Besar
Hujan dengan intensitas tinggi inilah yang diklaim sebagai penyebab tanah labil dan jenuh terhadap air
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mata Ie, Aceh Besar, memaparkan data tentang adanya curah hujan yang tinggi pada tanggal 10 Januari 2021 di wilayah Aceh Besar.
Hujan dengan intensitas tinggi inilah yang diklaim sebagai penyebab tanah labil dan jenuh terhadap air, sehingga memicu terjadinya tanah bergerak (tanah longsor) di Gampong Lamkleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, pada 10 Januari hingga kini.
Informasi itu diungkapkan Kepala Stasiun Klimatologi Kelas IV, Indrapuri, Aceh Besar,
Wahyudin SP, MIKom dan diamini oleh Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mata Ie Aceh Besar, Djati Cipto Kuncoro SSi.
Stasiun Klimatologi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Badan Meteorologi dan Geofisika yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).
Baca juga: Viral Rekaman CCTV Kapten Afwan Sebelum Kecelakaan Sriwijaya Air, Gerak-geriknya Buat Orang Terenyuh
Baca juga: Daftar Harga iPhone Januari 2021 Terbaru: iPhone 8 Plus, iPhone X, iPhone 12 Series
Baca juga: 3 Rumah di Bantaran DAS Krueng Langsa Nyaris Ambruk, Wakil Walikota Perintahkan Relokasi Penghuninya
Kedua pejabat dari lingkungan BMKG ini tampil memenuhi undangan Bupati Aceh Besar, Ir Mawardi Ali dalam rapat koordinasi (rakor) di Gedung Dekranasda Aceh Besar, Senin (18/1/2021) siang.
Agenda yang dibahas dalam rakor ini adalah penyebab dan penanganan kejadian bencana tanah longsor di Gampong Lamkleng.
Untuk itu, Bupati Mawardi Ali menyurati dan mengundang tiga pihak sebagai narasumber pada rakor tersebut.
Pihak yang diundang adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar untuk melaporkan secara kronologis dan detail fenomena tanah bergerak tersebut.
Pihak kedua yang diundang adalah tim Universitas Syiah Kuala (USK). Tim ini diminta Bupati Aceh Besar untuk mempresentasikan kejadian dan upaya mitigasi bencana tanah longsor di Gampong Lamkleng.
Baca juga: VIRAL Video Banjir Bandang di Puncak Bogor, Menyeret Pepohonan, Warga Berlarian
Baca juga: Gunung Salak, Aceh Utara Longsor, Satu Mobil Innova Tergelincir
Narasumber terakhir adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang diminta mempresentasikan tentang pengaruh cuaca terhadap peristiwa tanah longsor di Gampong Lamkleng.
Menurut Dr Bambang Setiawan yang hadir mewakili Tim Survei Geologi USK dalam rakor itu, data Stasiun Klimatologi Indrapuri itu sangat sesuai dengan dugaan tim USK.
Sebelumnya, baik Dr Bambang Setiawan selaku Ketua Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik USK maupun Dr Nazli Ismail selaku Ketua Prodi Magister Ilmu Kebencanaan USK meyakini bahwa faktor hujan dengan intensitas tinggilah yang menyebabkan rekahan dan tanah longsor di Gampong Lamkleng.
Saat berkunjung ke Lamkleng tanggal 12 Januari lalu, Dr Nazli
yang jebolan Swedia menyimpulkan bahwa terjadinya tanah bergerak dan rekahan memanjang tersebut disebabkan oleh tanahnya yang sudah jenuh terhadap air.
Kejadian ini, kata Nazli, erat kaitannya dengan tingginya curah hujan dalam sepekan terakhir di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh, sehingga menyebabkan tanah labil, lalu longsor terus-menerus sejak 10 Januari hingga hari ini, Selasa (19/1/2021).
Selain faktor cuaca berupa hujan dengan intensitas tinggi, Dr Bambang Setiawan juga menyebutkan dua faktor lain yang berkontribusi pada terjadinya fenomena tanah longsor tersebut, yakni faktor bentang alam (lanskap) dan susunan batuan.
"Memang tidak bisa dimungkiri kondisi intrinsik bentang alam dan susunan batuan yang ada di lokasi juga turut memberikan andil terjadinya gerakan tanah yang bergeser secara rotasional di Lamkleng," kata Bambang kepada Serambinews.com, Selasa (19/1/2021) siang.
Ia berharap, mudah-mudahan kondisi cuaca segera membaik sehingga tim USK bisa segera mengirimkan peralatan untuk mengidentifikasi bidang gelincir dari longsoran yang terjadi.
"Tanpa kejelasan dari posisi bidang gelincir dari longsoran yang terjadi, sangat sulit bagi kami untuk bisa memberikan solusi yang terbaik," ujarnya.
"Terus terang, kami ingin bisa secepatnya mendapatkan solusi terbaik, tetapi cuaca dalam beberapa hari terakhir sangat tidak bersahabat," tambah Bambang.
Ia juga sangat memohon kepada masyarakat yang terdampak untuk bersabar. "Insyaallah, bencana ini akan ada solusi untuk mengatasinya," kata Bambang Setiawan. (*)
Baca juga: Viral Wanita Ini Dapat Hadiah Ultah Uang Rp 80 Juta Dirangkai Jadi Buket, Penampakannya Bikin Iri
Baca juga: VIRAL Sebelum Meninggal Suami Sempat Tanyakan Bagaimana Kalau Aku Mati, Ternyata Suami Benar Pergi