Ratusan Pengungsi Rohingya di Aceh Kabur, Ada yang Menyeberang ke Malaysia, Pakai Jasa Pihak Ketiga
Pengungsi Rohingya yang berada di Aceh tiba-tiba kabur tanpa sepengetahuan petugas. Mereka diduga kabur untuk menuju Malaysia.
SERAMBINEWS.COM - Pengungsi Rohingya yang berada di Aceh tiba-tiba kabur tanpa sepengetahuan petugas.
Mereka diduga kabur untuk menuju Malaysia.
Pengungsi yang kabur dari penampungan sementara itu berjumlah ratusan.
Public Relations Officer Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) Indonesia Mitra Suryono mengatakan, para warga Rohingya itu melarikan diri untuk menuju Malaysia.
Menurut Mitra, sejak awal, para pengungsi Rohingya itu memang bertujuan ke Malaysia, bukan Indonesia.
“Mereka meninggalkan kamp tanpa sepengetahuan petugas".
"Mereka menggunakan jasa pihak ketiga untuk menyeberang ke Malaysia, karena sejak awal memang tujuan mereka Malaysia,” kata Mitra kepada Kompas.com, Sabtu (23/1/2021).
Data yang diperoleh Kompas.com, para warga Rohingya datang dalam dua gelombang, yaitu gelombang pertama terdampar di Aceh Utara sebanyak 99 orang.
Kemudian gelombang kedua di Kota Lhokseumawe sebanyak 297 orang.
Total dari kedua gelombang itu 396 orang yang ditampung di Kamp Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe.
Dari jumlah itu, 281 orang melarikan diri dan 3 orang meninggal dunia.
Saat ini hanya tersisia 112 orang di kamp penampungan sementara saat ini.
Alasan warga Rohingya ke Malaysia
Kejadian warga Rohingya yang kabur ke Malaysia ini sudah terjadi beberapa kali, termasuk pada Desember 2020.
Beberapa waktu lalu, Mitra mengatakan, para warga Rohingya ini berangkat dari Bangladesh dengan tujuan Malaysia.
Namun, karena kerusakan kapal, mereka terdampar di perairan Aceh, Indonesia.
Menurut Mitra, sebagian keluarga pengungsi Rohingya sudah berhasil melanjutkan hidup di Malaysia.
Hal itu yang membuat para pengungsi tetap berharap untuk pergi ke Malaysia.
"Di Malaysia, sebagian keluarga mereka, baik suami, saudara dan lainnya sudah hidup dengan baik. Maka, niat ke Malaysia itu terus ada,” kata Mitra kepada Kompas.com, pada Desember 2020.
Mitra menyebutkan, UNHCR menyerahkan sepenuhnya proses hukum pada polisi terkait tindak pidana perdagangan orang warga Rohingya.
Namun, UNHCR berupaya mengadvokasi agar bisa membawa warga Rohingya ke Malaysia secara legal.
“Namun ini butuh upaya lebih jauh dan butuh waktu lama. Regulasi hukum Malaysia juga harus memungkinkan kita bawa warga Rohingya ke sana,” kata dia.
Untuk mencegah warga Rohingya kabur dari kamp penampungan sementara, UNHCR terus melengkapi sarana dan prasarana.
Selain itu, mengedukasi bahaya menggunakan jasa pihak ketiga untuk berangkat ke Malaysia.
Ratusan Imigran Rohingya Kabur dari Kamp BLK Lhokseumawe
Jumlah imigran Rohingya yang ditampung di gedung bekas Balai Latihan Kerja (BLK) Kandang, Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe semakin berkurang.
Kaburnya mereka sejak pengamanan dari TNI/Polri ditarik pada 4 Desember 2020 lalu.
Informasi yang dihimpun Serambi, Jumat (8/1/2021) sore, gedung bekas BLK sebagai tempat penampungan sementara tampak lebih sepi dari sebelumnya.
Sejumlah, orang berpakaian bebas terlihat berada di pos depan yang sebelumnya ditempati petugas TNI/Polisi.
Beberapa ruang yang sebelumnya dihuni ratusan wanita Rohingya dan anak-anak terlihat tanpa penghuni. Kondisi sama juga terlihat di ruangan besar untuk pria.
Tidak ada aktifitas sama sekali, kecuali beberapa pria Rohingya terlihat bebas keluar masuk kamp.
Kepala Dinas Sosial Kota Lhokseumawe, Ridwan Jalil yang sebelumnya ditunjuk sebagai Ketua Satgas Penanganan Rohingya kepada Serambi, Jumat (8/1/2020), mengaku sudah mengetahui kejadian tersebut.
Informasi terakhir yang diperoleh, sisa imigran Rohingya lebih kurang 100 orang dari 352 orang yang terdata oleh pihaknya.
“Kami tidak terlibat lagi. Saat ini, kita hanya sebatas memonitor saja. Saya sudah tahu kejadian ini, terakhir saya terima kabar tersisa 100 orang lagi. UNHCR harus bertanggungjawab karena membiarkan mereka meninggalkan kamp,” tegasnya.
Kabar yang ia terima menyebutkan, banyak etnis Rohingya kabur masih berada di pemukiman warga.
Bahkan, ada juga yang kabur ke luar daerah bahkan ke Malaysia tanpa difasilitasi.
Ia menilai petugas UNHCR tidak koperatif kepada otoritas setempat, sehingga pihaknya kesulitan mendapat data terkini Rohingya.
Malahan, pihaknya banyak mendapat informasi dari masyarakat sekitar dan media.
“Seharusnya, UNHCR membantu kita memberikan semua informasi terkait penanganan Rohingya, berapa jumlahnya, apa saja yang sudah dilakukan, dan kemana saja mereka pergi,” ungkapnya.
Menurut Ridwan, Pemko jauh-jauh hari sudah menyarankan UNHCR memfasilitasi etnis Rohinya untuk bertemu keluarga dan kerabatnya yang ada di Malaysia, Medan, dan Kalimantan.
Bukan seperti saat ini membiarkan mereka kabur secara liar sehingga membahayakannya.
“Saya sudah sarankan itu sejak Juli 2020 lalu kepada UNHCR, namun tidak dilakukan. Baru-baru ini, pihak IOM datang ke Lhokseumawe, saya katakan kepada mereka harus dikembalikan ke keluarga dan difasilitasi,” terang Ridwan.
Terkait banguan shelter yang sedang dibangun di lokasi kamp, Ridwan Jalil mengaku akan berkoordinasi dengan pihak IOM agar bisa dievaluasi kembali mengingat jumlah pengungsi sudah semakin berkurang.
“Pembangunan harus terus berjalan, namun bisa saja fungsinya nanti diserahkan ke Pemko, karena tidak ada lagi Rohingya di sana. Walau pada dasarnya bangunan itu untuk pengungsi korban konflik,” pungkasnya.
Sementara Public Information Officer UNHCR Indonesia, Mitra Salima saat dikonfirmasi membenarkan berkurangnya jumlah imigran Rohingya di gedung bekas BLK Kandang, Lhokseumawe.
Namun, ia belum bisa memastikan jumlahnya karena belum mendapat laporan dari petugas di lapangan.
“Memang, jumlah Rohingya di sana berkurang. Tapi, angka pastinya harus saya tanyakan terlebih dahulu ke teman-teman di lapangan,” tulis Mitra Salima kepada Serambi melaui pesan Whatsapp, Jumat (8/1/2021).
Seperti diketahui, 94 etnis Rohingya ditemukan nelayan setelah terombang ambing dalam boat di perairan Seunuddon, Aceh Utara pada Rabu 24 Juni 2020 lalu.
Sehari kemudian, mereka ditarik ke pantai Lancok, Kecamatan Syamtalira Bayu, Aceh Utara.
Kemudian, pada Senin 7 September dini hari 2020 lalu, sebanyak 297 imigran Rohinya kembali mendarat di pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe.
Selanjutnya mereka ditampung ke BLK Kandang.
Baca juga: Bagi Pemilik Tanah, Tidak Perlu Lagi Datang ke Kantor BPN, Cukup Daftar Secara Elektronik
Baca juga: VIDEO VIRAL Wanita Jadi Gagap Bicara Saat Wawancara TV, Gara-gara Datang Kucing Hitam
Baca juga: Istri Bawa Jenazah Suami Pakai Pikap, Tak Punya Uang Sewa Ambulans, Masih Utang Rp 17 Juta di RSUD
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ratusan Warga Rohingya Kabur dari Aceh untuk Bisa ke Malaysia
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Ratusan Imigran Rohingya Kabur dari Kamp BLK Lhokseumawe