Terduga Teroris Aceh Berafiliasi ke ISIS, Kaderisasi Melalui Pengajian Online dan Tatap Muka

Pengamat terorisme di Indonesia, Al Chaidar, mengatakan, lima orang terduga teroris yang dibekuk Detasemen Khusus (Densus) 88

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Terduga Teroris Aceh Berafiliasi ke ISIS, Kaderisasi Melalui Pengajian Online dan Tatap Muka
SERAMBINEWS.COM/IST
Pengamat terorisme Al Chaidar.

BANDA ACEH - Pengamat terorisme di Indonesia, Al Chaidar, mengatakan, lima orang terduga teroris yang dibekuk Detasemen Khusus (Densus) 88 beberapa hari lalu di sejumlah lokasi terpisah di Aceh, merupakan sel teroris di Indonesia yang berafiliasi kepada ISIS. Dia mengungkapkan, dua di antara lima terduga merupakan tokoh teroris ISIS Aceh yang paling diuber aparat keamanan selama ini.

"Ini merupakan penangkapan teroris yang berafiliasi ke ISIS yang sangat mengejutkan setelah peristiwa pelatihan teroris di Bukit Jalin, Jantho, Aceh Besar tahun 2010 lalu," kata Al Chaidar kepada Serambi kemarin.

Dosen Antropologi Universitas Malikussaleh ini menyebutkan, Umar dan Abu Fatih adalah tokoh teroris ISIS Aceh yang sangat dicari oleh aparat keamanan. Umar yang dimaksud Al Chaidar adalah terduga UM alias AA alias TA (35) warga kelahiran Kacamatan Bandar Dua, Pidie Jaya, yang diringkus Densus 88 Antiteror di seputara Simpang 7 Ulee Kareng pada Kamis (21/1/2021) sekira pukul 10.00 WIB.

Sementara Abu Fatih kata Al Chaidar, adalah terduga berinisial SJ (40), warga kelahiran Binjai. Dia dibekuk di Gampong Sidorejo, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa pada Kamis (21/1/2021) malam. "Dua orang ini merupakan teroris dari jaringan Aulia (Abu Hamzah) dan Azzumar (Maulana) yang selama beberapa tahun belakangan ini sangat aktif melakukan rekruitmen dan pelatihan amaliyah. Bahkan selama ini jaringan Abu Hamzah ini juga berhasil menarik beberapa rekannya yang baru bebas dari penjara," ungkap Al Chaidar.

Menurut Al Chaidar, residivisme teroris adalah gejala baru yang menunjukkan tidak kapoknya jaringan dalam menjalankan aksinya untuk menyerang kemanusiaan. Pada penangkapan kali ini, sejumlah barang bukti turut disita, dari mulai bahan pembuat bom hingga buku kajian ISIS.

Di antaranya seperti bahan pembuat bom, yakni 1 kg pupuk Kalium Nitrat, 250 gram The Organic Stop Actived Charcoal (Bubuk Arang Aktif), 1 botol (2000 pcs) peluru gotri silver cosmos 6 mm, beberapa potongan pipa besi sebagai alat pembuatan dan isi bom.

"Alat bukti ini menunjukkan bahwa akan ada serangan bom dan mungkin juga berbentuk serangan bom bunuh diri yang akan diledakkan di beberapa tempat yang menjadi sasaran kelompok ini," imbuhnya.

Sasarannya, selain kantor-kantor polisi, juga menargetkan lokasi-lokasi militer dan kantor-kantor pemerintahan sipil seperti kantor gubernur, kantor bupati dan lain-lain. "Ini merupakan target yang aneh," ujar Al Chaidar.

 Jaringan menyimpang

Masih menurut Al Chaidar, merujuk Sidney Jones, dalam analisisnya tentang perkembangan teroris di Aceh, yakni IPAC Report No 69, halaman 19-20 yang terbit 21 Januari 2021, menyebutkan jaringan teroris Aceh ini merupakan jaringan anomali, aneh dan menyimpang dari jaringan teroris yang biasanya.

"Sasarannya pun anomali karena memasukkan sasaran sipil muslim yang bekerja pada kantor-kantor yang dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang-orang kafir. Bagi kelompok teroris yang berafiliasi ke ISIS ini, di luar kelompok mereka adalah kafir dan halal darahnya termasuk para pegawai negeri dan honorer yang terdapat di kantor-kantor pemda di Banda Aceh dan lain-lain tempat," jelas Al Chaidar.

Ideologi mereka lanjut Al Chaidar, adalah Wahabi Takfiri yang dalam ketegori antropologis digolongkan sebagai kelompok khawarij (kelompok sempalan) yang bersifat berlebih-lebihan dalam beragama. Kelompok khawarij sudah muncul sejak zaman Rasulullah pada abad ke-6. Kini kelompok yang ghuluw (berlebih-lebihan dalam beragama) ini semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat yang sedang mengalami kekeringan spiritual.

"Kekeringan spiritual ini disebabkan oleh situasi sosial, budaya, dan politik yang kian hari semakin sekuler di Indonesia. Situasi sekularisme ini menjadi lahan yang subur bagi kelompok takfiri yang khawarij ini untuk berkembang," jelas Al Chaidar.

Pengajian online

Dalam operasi penangkapan lima teroris tersebut, Densus 88 juga berhasil mengamankan sejumlah dokumen. Di mana menurut Al Chaidar, dari beberapa dokumen memperlihatkan, para terduga ini mengembangkan pahamnya melalui pengajian online dan juga tatap muka.

"Ada beberapa dokumen yang memperlihatkan bahwa kelompok ini mengembangkan sistem kaderisasi dengan pengajian online dan tatap muka yang serius selain pelatihan amaliyah," ujarnya.

Berdasarkan buku catatan yang ditemukan oleh polisi, berisi pesan ancaman terhadap TNI/Polri, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh. Sebuah pesan yang sangat bersahaja yang tidak mau disampaikan dalam bentuk dakwah.

Jaringan kelompok ini juga berencana untuk melakukan hijrah ke Afghanistan. Paspor-paspor milik terduga teroris juga ditemukan untuk melaksanakan Hijrah ke Khurasan, Afghanistan. Beberapa buku kajian ISIS dan tauhid serta compact disk dan flash disk yang berisi video dan pesan-pesan media Telegram tentang situasi di Afghanistan.

"Padahal banyak anggota ISIS Khurasan yang sudah ditembak mati oleh Taliban dan ditemukan dalam kondisi cekang dan kaku yang semakin mengukuhkan keyakinan kaum anti khawarij bahwa ISIS adalah batil. Tujuan ke Khurosan (Afghanistan) semakin menguatkan kesimpulan banyak pihak bahwa ISIS difabrikasi oleh Amerika Serikat untuk menyerang Taliban dan sasaran mujahidin lainnya di berbagai negara," jelas Al Chaidar.

Terorisme ISIS katanya, adalah bentuk perang tunggang (proxy war) yang masih konsisten dipraktekkan oleh AS hingga hari ini untuk menghindari keterlibatan langsung tangan-tangan tentara mereka di berbagai negara.

Terakhir, juga berhasil diamankan 3 HP android dan 3 ponsel biasa berbagai merek yang digunakan terduga teroris untuk berkomunikasi dengan jaringan dan kelompok teror lainnya. Kelompok ini masih saja menggunakan aplikasi Telegram dan mendokumentasikan kegiatan mereka dalam bentuk foto selfi dan video i’dad  (latihan fisik persiapan aksi teror).

"Secara netnografi, kelompok teroris hanyalah korban pengguna yang tidak bisa membedakan mana aplikasi komunikasi interaktif yang aman dan  tidak," sebut Al Chaidar.

Anomali lain dari kelompok teroris ini adalah terdapatnya salah satu yang ditangkap berinisial SB alias Abu Fatih yang merupakan pegawai negeri sipil (PNS). "Kelompok teroris khawarij yang berideologi Wahabi Takfiri ini bahkan sebelumnya mengkafirkan PNS dan menfatwakan PNS tempatnya nanti di neraka. Apakah ada dispensasi khusus untuk PNS di negeri syariat?," pungkas Al Chaidar.

Diberitakan sebelumnya, penangkapan dua terduga teroris di Kota Langsa oleh Densus 88 Antiteror pada Kamis (21/1/2021) ternyata merupakan rangkaian dari penangkapan yang dilakukan di Aceh dalam beberapa hari terakhir. Sebelum di Langsa, Densus lebih dulu menciduk tiga orang di Banda Aceh dan Aceh Besar di lokasi terpisah.

Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Pol Winardy dalam konferensi pers di Mapolda Aceh, kemarin mengatakan, total terduga teroris yang diamankan Densus 88 di Aceh adalah sebanyak lima orang. Ia menyebutkan, kelima terduga itu berencana melancarkan aksi teror di Aceh. “Mereka ini rencana akan melakukan aksi teror di wilayah Aceh,” kata Kombes Pol Winardy.(dan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved