Cara Nelayan Singkil Raup Rezeki dari Pemancing Mania

PAGI akhir pekan, nelayan di Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, memilih melakukan bersih-bersih perahu

Editor: hasyim
SERAMBI/DEDE ROSADI
Nelayan di Gosong Telaga Barat, Singkil Utara, Aceh Singkil, Ogek Nas, setiap akhir pekan beralih profesi jadi pengantar wisatawan mancing di Danau Anak Laut. Foto diambil Minggu (31/1/2021). 

Alih Profesi Setiap Akhir Pekan

Nelayan di Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, ternyata tidak mengantungkan hidupnya semata-mata dari aktivitas menangkap ikan. Untuk mencari tambahan penghasilan, mereka menjadi pemandu wisata bagi para wisatawan, khususnya para pemancing mania.

PAGI akhir pekan, nelayan di Desa Gosong Telaga Barat, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh Singkil, memilih melakukan bersih-bersih perahu. Menata tempat duduk serta singkirkan jaring dan mata kail yang tersisa di atas biduk (sebutan warga singkil untuk perahu kayu).

Perahu harus bersih, sebab di akhir pekan, profesi mereka beralih dari menangkap ikan ke laut menjadi pemandu wisata lokal pemancing mania di Danau Anak Laut, pinggir pemukiman penduduk Gosong Telaga Barat.

Benar saja, Minggu (31/1/2021) sekitar pukul 09.00 WIB wisatawan mancing mulai datang. Kali ini nelayan yang mendapat rezeki pertama Oge Nas. Tersenyum ramah, Nas persilahkan tamunya naik ke atas perahu. "Silahkan naik," ujarnya.

Empat wisatawan mancing segera naik. Serambi ikut serta naik ke atas perahu yang mengantar tamu.  Sekitar 20 menit sampai di tujuan yang diminta pelanggan di Muara Danau Anak Laut. Sebelum berpisah penumpang berpesan, dijemput tepat pukul 18.00 WIB. Setelah mengangguk, Nas putar haluan untuk menanti wisatawan lain.

Jasa antar jemput wisatawan mancing itu dilakoni Ogek Nas, Mama Jamadan, serta nelayan lain di Desa Gosong Telaga Barat. Pada akhir pekan, mereka lebih memilih melayani wisatawan ketimbang mencari nafkah ke laut.

Maklum, mencari nafkah di laut bagi nelayan kecil hanya cukup menutupi kebutuhan sehari-hari. Tentu lebih beruntung menjadi pengantar wisata mancing ke dekat muara Danau Anak Laut. Biaya yang dikeluarkan minim, tatapi penghasilan lumayan.

Pelanggannya merupakan para pemancing mania dari wilayah daratan Aceh Singkil serta Kota Subulussalam. Mulanya jasa antar jemput wisatawan mancing ini hanya digeluti Ogek Idir, nelayan yang telah pensiun melaut. Ia spesial menyediakan biduk untuk wisatawan mancing.

Belakangan hal ini dianggap cukup menjanjikan sehingga ditiru nelayan lain. Apalagi pemancing tak terlalu berhitung tentang ongkos yang dikeluarkan, asalkan hasrat melempar kail sambil menikmati keindahan Danau Anak Laut terpenuhi.

Pendapatan dari jasa mengantar wisatawan pemancing menggunakan perahu cukup lumayan. Sekali antar pulang pergi Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu. Nelayan pun tidak perlu menunggu, sehingga masih bisa cari pelanggan lain. Sedangkan bila disewa sehari penuh, perahu ukuran kecil ditarif Rp 300 ribu.

"Antar dan jemput sekitar Rp 100 ribu," kata Nas nelayan yang setiap akhir pekan mengais rezeki dari jasa antar wisatawan pemancing di Danau Anak Laut.

Jika akhir pekan mendapat tiga kali antara jemput wisatawan mancing, para nelayan dapat mengantgongi Rp 300 ribu dengan modal bahan bakar sekitar Rp 50 ribu. Bandingkan jika mencari nafkah ke laut, modal Rp 300 ribu paling mendapat untung Rp 100 ribu dengan bekerja semalam penuh.

                                                                                                Sensasi bagi pemancing

Sementara bagi pemancing, memancing di Danau Anak Laut, terutama di ujung muara, memberikan sensasi berbeda. Wisatawan dapat menikmati pemandangan pulau kecil seukuran lapangan bola voli yang terbentuk akibat abrasi.

Jika membawa keluarga sambil menunggu mata pancing disambar ikan, pengunjung bisa makan-makan di pinggir pantai yang diteduhi pohon Cemara. Tentu paling mengasikan mandi air di samping mulut muara yang merupakan perpaduan air laut dengan air payau.

Sedangkan sambaran ikan yang kerap mengejutkan pemancing adalah ikan barakuda dan giant traveling. Tidak cukup di situ. Saat pulang wisatawan juga bisa menikmati sunset menghilang di pucuk daun mangrove yang memagari Danau Anak Laut.

Sayang jumlah wisatawan pemancing awal tahun ini terus menurun. Itu terjadi karena ikan di Danau Anak Laut berkurang karena tidak adanya pembatasan alat tangkap yang digunakan nelayan di Danau Anak Laut.

Nelayan yang jadi pemandu wisatawan menyimpan harapan agar dilakukan pembatasan jenis alat tangkap ikan agar lumbung rezeki dari mengantar wisatawan pemancing tetap terjaga. Apalagi jasa antar jemput wisatawan mancing bukan hanya menguntungkan nelayan, tetapi juga warung-warung kecil di pinggir Danau Anak Laut.(dede rosadi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved