Standarisasi Tari Guel
Pimpinan Sanggar Oloh Guwel Setuju Standarisasi Tari Guel, Pemangku Kepentingan Harus Duduk Bersama
Pimpinan Sanggar Oloh Guwel Aceh Tengah, Yusrizal SPd menyatakan setuju Tari Guel dibuat standarisasi. Sehingga siapapun yang membawakan tarian...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Sanggar Oloh Guwel Aceh Tengah, Yusrizal SPd menyatakan setuju Tari Guel dibuat standarisasi. Sehingga siapapun yang membawakan tarian tersebut berasal dari versi yang sama.
Tapi untuk mencapai harapan tersebut diperlukan duduk bersama para ahli Guel, Pemerintah Daerah dan pihak-pihak berkepentingan lainnya untuk merumuskan tentang Tari Guel.
'Seharusnya memang Tari Guel yang kita bawakan berasal dari satu versi saja. Termasuk melodi, syair, alat musik, pola lantai, pakaian dan aksesorisnya, berasal dari satu versi. Kita memang butuh panduan dan rumusan untuk menyatukan pandangan, sebab tarian ini akan diwariskan ke generasi berikutnya," ujar Yusrizal yang sudah melakukan banyak pementasan Tari Guel di banyak tempat di Indonesia.
Yusrizal mengaku, tarian yang ia kembangkan di sanggarnya bersumber dari penari-penari dan tokoh Guel yang ada di Gayo. "Tentu saja yang lain-lain juga begitu. karenanya diperlukan kesamaan pandangan soal ini," ujar Yusrizal.
Selama ini, katanya, Tari Guel dibawakan dengan banyak versi, dan kelak ini akan menyulitkan, saat generasi penerus mempertanyakan versi mana yang harus dibawakan.
"Saya kira sebuah langkah maju dan penting, apabila kita berhasil merumuskan satu pandangan mengenai Tari Guel," ujar Yusrizal.
Sebelumnya pelaku dan penggiat seni budaya Gayo Muchlis Gayo, Alwen Desri, Salman Yoga dan Ana Kobat juga menyampaikan hal senada dalam "Bincang Kopi Musara Gayo" yang diselenggarakan secara virtual Sabtu (27/2/2021) lalu.
Muchlis Gayo yang menjadi nara sumber dalam bincang itu mengaku mencatat banyak perubahan baik gerak, pola lantai, aksesoris, jumlah pemain, alat musik dan lain-lain dalam Tari Guel.
Muchlis adalah penari Guel pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) II Tahun 1972 mewakili Kontingen Aceh Tengah. Ketiak itu Ace Tengah berhasil menyabet gelar juara umum.
"Tapi dalam PKA III, PKA IV dan terus sampai sekarang, saya temukan banyak perubahan itu tadi, dari yang dulu kami bawakan pada 1972. Karena itu, harus dicarikan jalan keluar agar Tari Guel cukup satu versi standar," ujar Muchlis Gayo.
Usulan perlunya standarisasi Tari Guel disampaikan seniman Gayo Alwin Desry dalam bincang tersebut. "Keadaan ini harus bisa dicapai kesepakatan, Pemerintah Aceh Tengah barangkali bisa memfasilitasi pertemuan para penari dan tokoh Guel dan pihak-pihak lainnya, sehingga dicapai satu rumusan tentang Tari Guel," ujar Alwin Desry.
Koreografer Ana Kobat mengakui perbincangan Guel itu selalu muncul tiap tahun. Agar persoalan ini selesai, maka harus dibicarakan bersama, katanya.(*)
Baca juga: Stadion Kasim Tagok Rusak dan Dipenuhi Rumput Liar, Ini Penjelasan Kepala Disparpora Aceh Singkil
Baca juga: Honda Umumkan Harga Mobil Dapat Insentif Pajak 2 Maret 2021, Masih Susun Daftar Harga
Baca juga: Almarhum Nasir Zalba Dikebumikan di Pidie, Ini Prestasinya Semasa Menjabat Ketua FKUB Aceh