Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof M Dien Madjid, Islam Masuk ke Gayo via Jalur Peureulak

Pendapat ini disampaikan sejarawan nasional dan guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof M Dien Madjid dalam “BincangKopi #2 Musara

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof M Dien Madjid 

Pendapat ini disampaikan sejarawan nasional dan guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof M Dien Madjid dalam “BincangKopi #2 Musara Gayo” secara virtual, Sabtu (6/3/2021) malam.

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Islam masuk ke Gayo melalui jalur Peureulak atau juga disebut Perlak pada abad X – abad XI.

Pendapat ini disampaikan sejarawan nasional dan guru besar sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof M Dien Madjid dalam “BincangKopi #2 Musara Gayo” secara virtual, Sabtu (6/3/2021) malam.

Secara keseluruhan pendapat ini  dituangkan dalam buku "Sejarah Awal Islam di Gayo" (Mahara Publishing, 2020).

Ia menyampaikan, Kerajaan Perlak atau kini dikenal nama daerah Peureulak, Aceh Timur, sendiri sudah didatangi orang-orang dari Arab sejak abad IX, dan sudah membawa Islam baik beraliran Syiah maupun Sunni.

Perlak lebih awal dari Kerajaan Pasai.

“Orang-orang Arab yang datang ke Perlak  untuk berdagang.

Itu memang kebiasaan orang Arab, berdagang. Sampai sekarang juga begitu,” kata Prof Dien Madjid dalam perbincangan yang dipandu Dr Kosasih Ali Abubakar itu.

Baca juga: Dua Siswa SMP Menikah, Pria 14 Tahun dan Wanita 16 Tahun, Saling Mencintai untuk Hindari Dosa

Baca juga: Gatot Nurmantyo Ngaku Pernah Ditawari Jadi Ketum Demokrat Sebelum Moeldoko

Baca juga: Gadis Ini Dituding Ibu Felicia Tissue Telah Rebut Kaesang hingga Batal Nikah, Siapa Nadya Arifta?

Saat terjadi peperangan dengan Kerajaan Majapahit, banyak dari tokoh dan masyarakat Perlak mencari pelindungan ke pedalaman.

Migrasi orang-orang pesisir ke pedalaman ini juga terjadi pada saat konflik antara Syiah dan Sunni di Perlak yang memecah kerajaan itu menjadi dua, Perlak bagian pesisir dan Perlak gunung. 

Ia menyebut periode ini datang pelarian dari Perlak rombongan Malik Ishak  dan menetap di Isak.

Sementara saat mereka datang, di Linge sudah ada Kerajaan Linge dengan Reje Adi Genali, Reje Linge ke IV, naik tahta  pada 1025 M.

Di periode ini Kerajaan Linge berkembang pesat dan mengirim salah seorang putranya, Johanya belajar ilmu agama di Cot Kala Perlak.

“Nah ketika Malik Ishak datang, di Linge sudah Islam,” ujar Prof Dien Madjid.

Di Pesantren Cot Kala, Johansyah berhasil menguasai beberapa cabang ilmu agam dan kemudian ia ditugaskan mengembangkan sayap dakwah Islam ke bagian utara, Pidie dan Aceh besar (sekarang) bersama 17 santri Cot Kala.

Rombongan dakwah ini dipimpin Syekh Abdullah Kana'an,  yang berasal dari Mesir.

“Suatu hari safari dakwah tiba di Lamkrak Aceh besar yang saat itu sedang terjadi perang antara Kerajaan Indera Purba dengan pasukan Cina pimpinan Putri Neng.

Pasukan Kerajaan Indera Purba terdesak. Syekh Abdullah Kana’an bersedia membantu Indera Purba, asalkan raja dan rakyat Indera Purba masuk Islam.

Syarat ini dipenuhi. Kemudian dalam suatu rapat besar persiapan perlawanan kepada pasukan Cina, Syekh Abdullah Kana’an lalu menunjuk Johansyah sebagai pemimpin pasukan.

Johansyah mulai mengatur Strategi dengan  mengalirkan  pasukan infantri di daerah-daerah yang sebelumnya luput dari perhatian pasukan Cina.

Pasukan kavaleri  berupa pasukan gajah mendobrak benteng pasukan Cina. Strategi ini berhasil. Pasukan Putri Neng  tersudut dan kucar-kacir.

Syekh Abdullah Kana’an kemudian menemui Puteri Neng. Selain sudah takluk, Puteri Neng juga kemudian mendapat hidayah dan memeluk Islam atas bimbingan Abdullah Kana’an.

Kerajaan Indera Purba meraih kemenangannnya.

Johansyah, sang pemimpin perang, kemudian dinikahkan dengan putri Raja Indra Purba, bernama Putri Indra  Kesuma, Johansyah mendirikan  Kerajaan Lamuri dan bergelar Sultan Alaidin Johansyah pada 1225 M.

Versi lain, menyebutkan, kata Dien Madjid, Kerajaan Indera Purba sedang diserang oleh pasukan Cina pimpinan Puteri Nian Nio Liang Khi, yang sebelumnya sudah menaklukan Kerajaan Indra Jaya.

Dalam deru perang itu,  rombongan Syiah Hudan Pimpinan Syekh Abdullah Kana’an berikut 300 santrinya dari Kerajaan Perlak, Dayah Cot Kala, Bayeun.

Dalam rombongan itu terdapat putra Raja Linge Merah Adi Genali, bernama Merah Johansyah. Rombongan ini datang dalam rangka dakwah Islam.

Atas bantuan dan dukungan dari Abdullah Kana’an dan rombongannya, Kerajaan Indera Purba berhasil memenangi pertempuran dengan pasukan Cina Nian Nio  atau dalam cacatan sejarawan Aceh menyebut Puteri Neng. 

Atas kemenangan itu, Raja Indera Sakti yang memimpin kerajaan Indera Purba menyatakan masuk Islam bersama seluruh rakyatnya. Merah Johan kemudian dinikahkan dengan Putri Blieng Indra Kesuma, putri dari Raja Indra Sakti.

Adapun Putri Neng sendiri, kemudian juga masuk Islam dan menikah sebagai istri kedua dari Merah Johansyah  atas persetujuan Putri Blieng Indra Kesuma.

Merah Johan kemudian mendirikan kerajaan Lamuri yang kelak menjadi cikal bakal beridirnya Kerajaan Aceh Darussalam.

“Dari hubungan kekerabatan yang kuat antara Perlak, Linge dan Kerajaan Aceh Darussalam dan melahirkan peradaban  yang lebih besar  dan gemilang hingga mampu mendudukan Aceh dalam pusaran kekuatan dunia,” kata Dien Madjid.

Menyinggung tentang Lamuri, Prof Dien Madjid mengakui ada sumber lain yang mengatakan, Lamuri atau juga di sebut Lam Urik,  bukan nama kerajaan melainkan hanya bandar dagang  yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Indera Purba.

“Tapi yang kemudian banyak diambil sebagai rujukan adalah pendapat Marcopolo, Ibnu Batutah, menyebut Lamuri sebagai sebuah kerajaan.

Dan di atas kerajaan itulah  kemudian dibangun Kerajaan Aceh Darussalam,” ujar Prof Dien Madjid.

Tapi ia mempertanyakan, saat sejarawan seperti A Hasjmy, tidak pernah sama sekali menyinggung asal usul Johansyah sebagai putra dari Kerajaan Linge. “Ada penyimpangan informasi dari Ali Hasjmy,” ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved