Berita Aceh Tamiang
Sempat Rusak Parah, Tanggul Senilai Rp 1,9 M di Aceh Tamiang Roboh
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan mengatakan, sheet pile yang dibangun 2019 dengan anggaran Rp 1,9 miliar ini roboh sekira dua minggu lalu...
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Nurul Hayati
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan mengatakan, sheet pile yang dibangun 2019 dengan anggaran Rp 1,9 miliar ini roboh sekira dua minggu lalu saat kondisi air tenang.
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Sheet pile atau tanggul di Kampung Rantaupakam, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang roboh setelah sempat rusak parah akibat banjir beberapa bulan lalu.
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan mengatakan, sheet pile yang dibangun 2019 dengan anggaran Rp 1,9 miliar ini roboh sekira dua minggu lalu saat kondisi air tenang.
“Ini kan sudah musim kemarau, air sungai tenang, tiba-tiba tumbang tanggulnya,” kata Ruslan, Kamis (11/3/2021).
Ruslan mengatakan, tanggul beton ini patah menjadi beberapa bagian dan sebagian besar patahan sheet pile sudah tenggelam dengan air sungai.
Dia menegaskan, kerusakan ini sudah di luar kemampuan aparatur kampung, karena dibutuhkan anggaran besar untuk memperbaikinya.
“Semua (pejabat) sudah turun, kalau diserahkan ke kami (pemerintahan kampung) ya ampunlah kami,” ungkapnya.
Baca juga: LBH Ajukan Keberatan ke PT Banda Aceh Terkait Perpanjangan Masa Penahanan Nelayan di Simeulue
Ruslan mengaku, tidak ingin mendramatisir kerusakan tanggul itu.
Tapi dia menekankan, kalau tanggul yang tumbang itu merupakan pertahanan terakhir untuk membendung luapan air sungai.
“Saya sudah capek bicara, yang jelas kalau hari ini banjir, habis kampung kami terendam, pasti lebih parah,” ungkapnya.
Menurutnya, satu-satunya solusi untuk melindungi permukiman dari ancaman banjir hanya bisa dilakukan dengan membangun sheet pile baru.
Sebab tanggul darurat dari tanah yang sempat dibangun pemerintah, dinilainya tidak cukup kuat dan pengerjaannya belum tuntas.
“Kemarin sempat dibangun darurat di Rantaupakam dan Telukhalban, tapi rasanya sudah tidak dilanjutkan. Ya sudah, kita tinggal nunggu banjir saja, biar tahu bagaimana nanti,” ucapnya.
Sebelumnya, warga sudah menyampaikan kerusakan tanggul semakin parah setelah banjir surut pada Kamis (14/1/2021).
Baca juga: LBH Ajukan Keberatan ke PT Banda Aceh Terkait Perpanjangan Masa Penahanan Nelayan di Simeulue