Berita Pidie Jaya
Begini Nasib Kehidupan Ratusan Nyak-nyak di Pasar Subuh Lueng Putu
Nyak-nyak penjual sayur ini mengumpulkan berbagai sayuran dari petani lokal untuk selanjutnya dijual ke Pasar Subuh Lueng Putu.
Penulis: Idris Ismail | Editor: Taufik Hidayat
Laporan Idris Ismail | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Jemari terus cekatan dalam meracik kemasan Gulee Jampue (Sayur campuran) dalam kantong kresek plastik.
Per paket kantong kresek itu dijual hanya Rp 3.000 yang terdiri dari campuran irisan buah pepaya matang, daun kangkung, daun bayam, kacang panjang alias boh reuteuk, potongan buah jagung dan potingan buah terong, serta toge.
Saban subuh hari, Nursiah Binti Amin (56) asal Gampong Pueb Lueng Nibong dan Siti Hawa (58) asal Gampong Langgien.
Kedua merupakan warga Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya (Pijay). Kedua nenek tangguh bercucu dua dan tiga itu telah melakoni profesi sebagai pedagang Gulee Jampue selama 40 tahun terakhir atau persisnya sejak tahun 1981 di pusat Pasar Suboeh Lueng Putu, Bandar Baru.
Kedua nenek tangguh serya ratusan para Nyak-nyak dari berbagai gamping paling barat di kecamatan paling barat di Pijay itu sepertihalnya, Gampong Musa, Balng Iboeih, Blang Beunot, Sireen, Pueb Luemg Nibong, Blang Cari, Cubo serta Keudee Lueng Putu terus bergelut dengan terik mentari pusat pasar Suboeh Lueng Putu.
"Jujur saja, kami telah melakoni usaha dagangan sayur campur ini selama 40 tahun atau sejak masa remaja untuk menyambung Asa atau harapan hidup bagi keluarga,"sebut Siti Hawa kepada Serambinews.com, Senin (15/3/2021) disela-sela mercik paket sayur campur.
Diakui nenek cucu tiga ini, sabagai pedagang sayuran di kaki lima Lueng Putu ini dalam setiap hari dinamika transaksi selalu terjadi pasang surut.
Terkadang sayuran mereka selain dibeli oleh warga Beureuneun dan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie dalam jumlah banyak atau grosir.
Terkadang juga laku secara eceran pada saban hari oleh masyarakat lokal maupun kecamatan tetangga yaitu Panteraja, Pijay dan Glumpang Tiga, Pidie.
Lazimnya, mereka hanya memperoleh untung jualan setiap hari rata-rata Rp 20.000 hingga R0 40.000. Selain itu juga mereka tidak luput membayar restribusi 'Pajak Adat' kepada Aria (petugas lapak pasar) pada setiap harinya Rp 3.000.
"Tapi jika momen hari besar islam seperti Maulid Nabi Besar Muhammad SAW serta kenduri Apaam rata kami mendapat keuntungan Rp 50.000 sampai 100.000 saja dan itu jarang dan hanya musiman saja,"jelas Nek Nursiah.
Ditambah nenek dua cucu ini (Nursiah) dari gampong asal ia mengumpulkan berbagai sayuran dan daun pisang dai para petani lokal untuk selanjutnya di boyong ke pusat pasar Suboh Lueng Putu.
"Saya bawa dagangan dengan sepeda dayung seusai menunaikan shalat subuh dan ini semata-mata untuk menutupi kebutuhan bagi keluarga kecil dan miskin tercinta kami,"tuturnya menutup pembicaraan seraya menyeka keringat di dahi.
Selain itu juga mereka tidak luput membayar restribusi 'Pajak Adat' kepada Aria (petugas lapak pasar) pada setiap harinya Rp 3.000.